Industri . 23/06/2022, 07:03 WIB

Harga Minyak Dunia Anjlok 3 Persen, Terdorong Prospek Kenaikan Suku Bunga The Fed

JAKARTA, FIN.CO.ID - Harga minyak dunia 3 persen, Rabu, didorong kekhawatiran investor terhadap prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang dapat memicu perekonomian Amerika masuk ke jurang resesi, yang berujung pada berkurangnya permintaan bahan bakar.

Mengutip laporan  Reuters,  di New York, Rabu 22 Juni 2022 atau Kamis 23 Juni 2022 pagi WIB, harga minyak dunia jenis Brent ditutup anjlok USD2,91, atau 2,5 persen, menjadi USD111,74 per barel. 

(BACA JUGA: Harga Minyak Menguat, Imbas Kenaikan Permintaan BBM Pada Musim Panas)

Patokan global mencapai sesi terendah di USD107,03, terlemah sejak 19 Mei 2022.

Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), merosot USD3,33, atau 3 persen, menjadi menetap di posisi USD106,19 per barel. 

Sesi terendahnya adalah USD101,53, terlemah sejak 11 Mei 2022 lalu.

Investor menelaah bagaimana kenaikan suku bunga yang dirancang untuk mendinginkan lonjakan inflasi dapat menghambat pemulihan ekonomi.

(BACA JUGA: Jawab Kritikan Jokowi Soal Inefisiensi Keuangan, Pertamina: Tahun Kedua Covid-19 Berhasil Menghemat Rp32 T)

Namun, harga minyak memangkas kerugian selama sesi tersebut setelah Chairman Fed Jerome Powell menjanjikan "fokus menyeluruh" untuk menurunkan inflasi dan menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga bank sentral yang sedang berlangsung akan sesuai, dengan kecepatannya tergantung pada prospek ekonomi.

"Powell tampaknya mengubah  mood  pasar dengan terlihat sangat yakin tentang ekonomi Amerika," kata Phil Flynn, analis Price Futures. "Pernyataannya menenangkan pasar dan menempatkan harga terendah untuk jangka pendek."

Sementara itu, Presiden Joe Biden meminta Kongres untuk meloloskan penangguhan pajak bensin federal selama tiga bulan guna membantu memerangi rekor harga BBM dan memberikan bantuan sementara bagi keluarga Amerika pada musim panas ini.

Kendati harga yang lebih rendah sebenarnya dapat meningkatkan permintaan bahan bakar dan mendukung harga minyak mentah, analis PVM, Stephen Brennock, mengatakan trader bisa khawatir bahwa pemerintahan Biden mungkin mengambil tindakan lebih lanjut untuk "mendinginkan" harga energi yang tinggi.

(BACA JUGA: Pengamat Pasar Modal Menyoroti Kemungkinan 'Goreng Saham' pada Perdagangan Saham GOTO)

Anggota parlemen dari kedua kubu, Demokrat dan Republik, menyatakan penolakannya untuk menangguhkan pajak bensin federal.

Gedung Putih meminta CEO tujuh perusahaan minyak untuk bertemu, Kamis, guna membahas cara-cara meningkatkan kapasitas produksi dan mengurangi harga bensin sekitar USD5 per galon.

© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com