Nasional . 25/05/2022, 18:09 WIB
“Sedangkan capres potensial lainnya sangat tergantung pada gabungan partai politik apakah mau mengusung atau tidak. Sekarang ini sudah mulai diformulasikan tingkat popularitas dan elektabilitas generasi milenial yang mempunyai potensi untuk dipasangka. Untuk melihat potensi untuk dicalonkan,” jawab Jerry.
“Berdasarkan pengalaman tahun lalu sering pada akhir-akhir tahapan pencalonan ada pasangan kejutan yang sebelumnya belum diperkirakan atau belum pernah diuji di publik,” sambungnya.
(BACA JUGA: Muannas Alaidid Dinilai Mulai Panik Hadapi Laporan Balik Sekjen PAN Eddy Soeparno)
Lebih jauh Jerry berpendapat, jika dilihat perkembangan politik dalam kaitannya dengan pilihan baik kepala daerah, legislatif, pilihan presiden besarnya biaya pencalonan sangat tinggi yang harus dibayarkan oleh kandidat.
Oleh sebab itu, sambungnya, banyak sekali pemimpin yang berkualitas yang tidak bisa berkompetisi disebabkan tidak mempunyai modal yang cukup.
Sementara itu Pakar Komunikasi Politik Emrus Sihombing menggarisbawahi bahwa politik popularitas dan elektabilitas dengan jalan pembingkaian terhadap kandidat yang dilakukan oleh media online, media sosial, media elektronik yang masih masif.
“Hal ini dilakukan dengan pilihan kategorisasi dengan menonjolkan sisi positif kandidat dan menghilangkan sisi negatif calon, untuk membangun opini citra yang positif di mata khalayak pemilih,” kata dia.
(BACA JUGA: Ini Perkembangan Terbaru Vaksin COVID untuk Balita)
“Kadang orang Indonesia hanya terfokus ke hasil lembaga survei tapi tak melihat kualitas pemimpin itu sendiri. Namun, Indonesia butuh pemimpin muda yang kuat dan enerjik, saya coba menggambarkan capres mileneal yakni usia 35-50 tahun. Dan ada banyak pemimpin di usia ini, ada Anies Baswedan sampai Agus Harimukti Yudhoyono,” terangnya.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com