JAKARTA - Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) bergerak konsisten di zona merah pada sepanjang perdagangan hari Rabu (15/9/2021). Pelemahan dipicu sentimen negatif dari terkoreksinya indeks di bursa Wall Street seiring lebih rendahnya data inflasi di bulan Agustus (5,3 persen secara yoy) jika dibandingkan dengan data pada bulan sebelumnya serta konsensus pasar di level 5,4 persen yoy.
/p>
"Data inflasi Agustus yang lebih rendah dari ekspektasi dibarengi dengan mengecewakannya data nonfarm payroll di bulan yang sama semakin mempertegas kekhawatiran investor terkait prospek pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat seiring menyebarnya varian Delta," demikian dikutip dari publikasi tim riset Indo Premier Sekuritas, Rabu (15/9/2021).
/p>
IHSG ditutup melemah -19 poin (-0,31 persen) pada level 6.110. Sektor perindustrian dan sektor barang baku yang masing-masing terkoreksi -9 poin (-0,90 persen) dan -9 poin (-0,76 persen) menjadi kontributor terbesar bagi pelemahan indeks harga saham gabungan hari ini.
/p>
Investor asing membukukan pembelian bersih (foreign net buy) sebesar 363,1 miliar di pasar reguler.
/p>
BACA JUGA: Hati-Hati, IPO Perusahaan Setrum Bisa Bikin Harga Listrik Meroket
/p>
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari ini, ditutup naik 5 poin atau 0,04 persen pada level Rp14.242 per dolar AS, dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Selasa sore kemarin (14/9/2021) di level Rp14.247 per dolar AS.
/p>
Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka,Ibrahim Assuaibi, mengatakan, penguatan rupiah terjadi karena investor melihat kenaikan inflasi AS Agustus 2021 yang lebih lemah dari perkiraan.
/p>
"Ini menambah ketidakpastian atas jadwal The Federal Reserve untuk memulai pengurangan pembelian obligasi," kata Ibrahim dalam keterangan hasil risetnya, Rabu sore.
/p>
Kementerian Ketenagakerjaan AS, Selasa malam,melaporkan inflasi inti pada Agustus 2021 hanya 0,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
/p>
Melambat dibandingkan Juli 2021 yang sebesar 0,3 persen, dan menjadi yang terendah dalam enam bulan terakhir. Selain itu, inflasi inti tersebut lebih rendah dari ekspektasi para ekonom dalam survei Reuters,sebesar 0,3 persen.
/p>
BACA JUGA: Terbentuknya Holding Ultra Mikro Berpotensi Lambungkan Saham BBRI Lebih Tinggi
/p>
Dibandingkan dengan Agustus 2020 ( year-on-year/yoy ), laju inflasi inti adalah 4 persen. Capaian ini melambat dibandingkan bulan Juli 2021 yang sebesar 4,3 persen yoy dan menjadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir, dan lebih rendah dari ekspektasi 4,2 persen yoy.
/p>
"Dengan data yang lebih lemah dari perkiraan menimbulkan keraguan pada pelaku pasar apakah The Fed akan mulai melakukan tapering akhir tahun ini. Sekarang investor tengah menunggu keputusan rapat kebijakan moneter The Fed, yang akan keluar minggu depan," jelas Ibrahim.
/p>
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2021 ini kembali mengalami surplus. Surplus terjadi karena nilai ekspor lebih tinggi dibanding impor. Ini menjadi sentimen positif yang membantu kurs rupiah menguat tipis sore ini.
/p>
"BPS mencatat neraca dagang dalam negeri mengalami surplus USD4,74 miliar secara bulanan pada Agustus 2021. Realisasi itu lebih tinggi dari surplus USD2,59 miliar pada Juli 2021 dan surplus USD2,33 miliar pada Agustus 2021. Secara total, akumulasi surplus neraca dagang Indonesia mencapai USD19,17 miliar pada Januari-Agustus 2021," ungkap Ibrahim.