JAKARTA - Pandemi COVID-19 memaksa sistem belajar mengajar berubah dari pembelajaran tatap muka (PTM) atau luar jaringan (luring) menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau dalam jaringan (daring). Paska pandemi, bukan mustahil sistem pembelajaran akan menggunakan atau menggabungkan dua pola tersebut atau blended learning.
/p>
Praktisi pendidikan dari Sekolah Murid Merdeka (SMM) Laksmi Mayesti menilai penggabungan pembelajaran dengan sistem luring dan daring atau disebut blended learning menjadi wujud sekolah masa depan.
/p>
“Perkembangan teknologi yang pesat membuat anak semakin banyak berinteraksi dengan aktivitas daring yang cukup beragam,” ujarnya dalam keterangannya, Minggu (22/8).
/p>
Ditambahkannya, penerapan blended learning akan memperkaya siswa. Sebab siswa selain mendapatkan pengalaman belajar secara daring juga perlu mendapatkan pengalaman belajar secara luring.
/p>
"Pertemuan tatap muka antara guru dan siswa akan tetap menjadi kebutuhan pokok anak, yang bertujuan untuk menyeimbangkan kebutuhan sosialnya dan kognitifnya," katanya.
/p>
Dikatakannya, pihaknya telah meluncurkan beberapa pusat aktivitas (hub) di kota-kota besar sebagai bagian dari rencana SMM untuk membuka puluhan sentra di kota lainnya, sehingga para siswa bisa benar-benar merasakan pengalaman sistem belajar campuran itu.
/p>
“Sekolah perlu memberikan ruang untuk belajar secara langsung bersama fasilitator pendamping dan teman sekolah," katanya.
/p>
Kelas luring tersebut, perlu dilengkapi bahan ajar dan alat peraga atau praktikum yang lengkap, sehingga para siswa mendapatkan pengalaman belajar tatap muka yang lebih optimal. Pihaknya bertekad untuk memajukan pendidikan Indonesia melalui sistem belajar campuran.
/p>
“Anak mempunyai kesempatan untuk mengeksplorasi belajar daring secara luas sesuai minatnya, tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kebutuhan dan keterampilan sosial lewat pertemuan luring dengan guru dan teman," ungkapnya.(gw/fin)
/p>