12 Teroris Jatim Siapkan Amaliah

fin.co.id - 02/03/2021, 10:35 WIB

12 Teroris Jatim Siapkan Amaliah

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

Dicontohkannya, kegiatan pengajian kelompok teror Jama'ah Ansharut Khilafah yang tetap berlangsung meskipun seluruh siswanya sempat terpapar COVID-19.

BACA JUGA:  Ditjen PAS Belum Agendakan Vaksinasi Covid-19 untuk Tahanan dan Narapidana

"Kini pengajian dilakukan dengan platform zoom sembari menyebarkan ajaran-ajaran," ungkapnya.

Lalu jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Jaringan ini masih eksis di tengah pandemi dengan menyebarkan video berisi pemenggalan korban melalui media sosial. Aksi ini mencontek kelompok ISIS di Timur Tengah guna menunjukkan kekuatan mereka.

Sedangkan jaringan JI menggunakan jejaring sosial. JI juga didapati memiliki pedoman dan strategi intelijen dengan nama Pedoman Umum Pergerakan Jama'ah Islamiyah (PUPJI) dan Total Amniyah System Total of Solution (TASTOS).

BACA JUGA:  Ahli Sarankan Penderita Diabetes Jaga Kadar Gula Darah Sebelum Divaksin Covid-19

Sementara jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) didapati melakukan aktivitas dengan pola pergerakan jangka pendek dan berskala kecil. Seperti melakukan serangan kecil, pelatihan militer, dan melakukan penguasaan wilayah. Kegiatan tidak terorganisasi dan dilakukan dengan bantuan media sosial.

Dia mengatakan mengatakan kegiatan-kegiatan seperti itu perlu diperhatikan. Terlebih, diia menilai aktivitas terorisme di Indonesia terbilang meningkat seiring waktu. Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Vision of Humanity, Indonesia menempati posisi ke-35 negara terdampak terorisme pada 2019, naik dari posisi ke-42 pada 2017.

"Harapan kita semua harus menjauh dari angka kecil, jangan mendekat. Harapannya kita harus lebih dari (peringkat) 50. Ironisnya sekarang kita malah mendekat ke arah kecil," katanya.

BACA JUGA:  PT DKI Jakarta Pangkas Hukuman eks Dirkeu Jiwasraya Jadi 20 Tahun Penjara

Sementara Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan untuk mencegah menyebarnya paham radikal terorisme harus melibatkan semua pihak.

"Harus melibatkan unsur pemuda, akademisi, paguyuban kesukuan, dan forum masyarakat untuk umat beragama. Melalui itu narasi kebangsaan ini akan semakin baik diterima masyarakat, terutama generasi muda," katanya.

Dijelaskannya, paham radikal dapat dicegah dengan langkah literasi dan edukasi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Agar lahir sebuah pemahaman yang sama dalam menyikapi fenomena pengaruh paham ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.

Sebab itu, lanjut dia, diperlukan adanya sinergi dan dukungan pemerintah daerah, tokoh agama, serta tokoh adat dalam memperkuat sikap masyarakat dari propaganda radikal.

"Karena kita harus menyelamatkan generasi muda kita ini dari pengaruh paham radikal intoleran, yang dewasa ini secara masif menggunakan media sosial dalam menyebarkan paham dan ideologinya. Ini yang harus bersama-sama kita mencegahnya," tegasnya.(gw/fin)

Admin
Penulis