12 Teroris Jatim Siapkan Amaliah

fin.co.id - 02/03/2021, 10:35 WIB

12 Teroris Jatim Siapkan Amaliah

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Sebanyak 12 teroris ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di sejumlah wilayah di Jawa Timur. Mereka ditangkap sebelum melakukan amaliah yang telah dipersiapkannya.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono menjelaskan 12 terduga teroris yang ditangkap di Provinsi Jawa Timur merupakan kelompok Fahim. Kelompok ini sangat berkaitan dengan dalang sejumlah aksi teror bom, Upik Lawangan alias Taufik Bulaga (TB).

"Kalau mendalami kelompok ini, ada keterkaitannya dengan Upik Lawanga," jelasnya di Mabes Polri, Senin (1/3).

BACA JUGA:  Kemenkes Gandeng Halodoc Fasilitasi Vaksinasi Covid-19 Drive Thru untuk Lansia

TB, menurut Rusdi merupakan otak di balik aksi teror bom, seperti Bom Pasar Tentena, Bom Pasar Maesa, Bom Gor Poso, Bom Pasar Sentral, Bom Termos Nasi Tengkura, Bom Senter Kawua, dan rangkaian aksi teror lainnya pada tahun 2004 hingga 2006.

TB sendiri telah ditangkap Densus 88 Antiteror pada 23 November lalu di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.

Dikatakannya, 12 terduga teroris ini masuk dalam kelompok Jamaah Islamiyah (JI) yang berafiliasi ke Al Qaeda. Di Indonesia, setiap kelompok JI saling terkoneksi antara satu kelompok dan kelompok yang lainnya.

BACA JUGA:  Dana Bergulir LPDB-KUMKM Diharapkan Menjangkau Lebih Banyak Koperasi

Dalam pembiayaan aksi, kelompok JI mendapatkan sokongan dana dari iuran anggota. Setiap anggota JI menyumbangkan 5 persen gaji atau pendapatan kepada organisasi. Selain itu juga melalui ribuan kotak amal berdalih bantuan untuk kemanusiaan yang disebarkan di minimarket-minimarket di Indonesia.

"Ini salah satu dana yang digunakan oleh JI untuk tetap menjaga eksistensi organisasi mereka," ujar Rusdi.

Dilanjutkan Rusdi, para terduga teroris tersebut telah menyiapkan sejumlah amaliah atau aksi. Hal itu bisa dilihat dari sejumlah aktivitas yang telah dilakukannya. Aktivitas tersebut di antaranya latihan beladiri, merancang bungker untuk pembuatan senjata maupun bom rakitan. Selain itu, telah mempersiapkan tempat penyimpanan senjata hingga tempat pelarian setelah melakukan aksi terorisme.

BACA JUGA:  Denny Siregar Bilang Miras Itu Budaya di Papua, Orang Papua Akui Tersinggung

"Mereka juga telah berencana melakukan amaliah," ujar Rusdi.

Namun, Rusdi belum mengungkapkan bentuk amaliah apa yang akan dilaksanakan kelompok itu. Saat ini sedang dilakukan pendalaman.

"Bentuknya apa dan sasarannya mana, masih pendalaman dari Densus, nanti akan kami sampaikan," katanya.

Sebelumnya Kadiv Humas Polri Irjen Pol. Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan 12 terduga teroris ditangkap pada Jumat (26/2) di sejumlah wilayah di Jawa Timur.

BACA JUGA:  Jenazah Artidjo Alkostar Akan Dikebumikan di Kampung Halaman Situbondo

"Dalam operasi penangkapan di Jawa Timur, tim Densus 88 menangkap 12 orang terduga teroris," katanya.

Para terduga teroris tersebut berinisial UBS alias F, TS, AS, AIH alias AP, BR, RBM, Y, F, ME, AYR, RAS, dan MI. Dalam beraksi mereka memiliki peran yang berbeda-beda dalam jaringan terorisme.

"Delapan orang ditangkap di Sidoarjo, dua di Surabaya, seorang di Mojokerto, dan seorang lagi di Malang," ungkapnya.

Dalam penangkapan tersebut, Polri mengamankan sejumlah barang bukti berupa 50 butir peluru 9 mm, satu pistol rakitan jenis FN, empat bendera daulat warna hitam dan putih, delapan bilah pisau, dua bilah samurai, golok, hingga senjata tajam berbentuk busur.

BACA JUGA:  PSI Pernah Sanjung Nurdin Abdullah Tokoh Anti Korupsi, Kini Terjaring OTT KPK

Sebelumnya Analis Utama Intelijen Densus 88 Antiteror Polri Brigjen Pol Ibnu Suhendra menyebut kelompok-kelompok teroris memanfaatkan kondisi pandemi COVID-19 untuk melakukan rekruitmen dan aksi teror atau serangan.

"Kelompok teroris melihat krisis pandemi sebagai peluang untuk lebih banyak perekrutan, dukungan, simpatisan untuk menyerang lebih keras," katanya dalam sebuah diskusi pekan lalu.

Analisis tersebut menurutnya sesuai dengan perintah pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi. Dia meminta pengikutnya melakukan serangan lebih keras di penjuru dunia selama pandemi. Demikian juga dengan jaringan teroris lainnya.

Admin
Penulis