Peluncuran UKBI tersebut dilakukan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim secara daring di Jakarta, Jumat (29/1/2021).
"Saat ini telah dilakukan banyak inovasi dalam hal pengembangan, pembinaan, dan peningkatan fungsi bahasa Indonesia yang diharapkan dapat bermuara pada layanan profesional di bidang bahasa dan kesusastraan," kata Nadiem dalam sambutannya.
BACA JUGA: KPK Dalami Permintaan Uang oleh Wenny Bukamo kepada Kontraktor untuk Mengikuti Pilkada 2020
Sebelum diluncurkan, kata Nadiem, Kemendikbud telah melakukan uji validitas dan reliabilitas setiap soal dan uji coba pada sebanyak 2.000 pembelajar Bahasa Indonesia baik penutur asli maupun asing."Kami yakin betul, butir-butir soal pada UKBI Adaptif Merdeka ini telah memenuhi syarat tes yang baik dan handal," ujarnya.
Menurut Nadiem, Badan Bahasa telah melahirkan sistem UKBI daring seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan melahirkan UKBI Adaptif Merdeka.
BACA JUGA: Dalami Kasus Suap Bansos, KPK Panggil Adik Anggota DPR Ihsan Yunus
"Pengembangan UKBI adaptif merupakan bentuk keberhasilan pemerintah dalam kemajuan pengembangan bahasan dan sastra melalui lompatan dalam hal desain dan layanan uji," imbuhnya.Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Endang Aminudin Aziz menambahkan, bahwa UKBI telah mengalami banyak perkembangan, format isi dan model penyelenggaraan sejak digagas pada 1990-an.
Akan tetapi, revolusi UKBI baru terjadi dalam enam bulan terakhir yakni sejak Agustus 2020, yang mana diubah format, isi dan metode penyelenggaraannya.
BACA JUGA: Infografis: Statistik Covid-19 di Indonesia Kamis, 28 Januari 2021
"Dalam rentang tersebut, UKBI mengalami banyak perubahan mulai dari format, isi dan model penyelenggaraannya, mulai dari berbasis kertas hingga internet atau daring," kata Aminudin.Aminudin menjelaskan, terdapat tiga perbedaan yang mendasar antara UKBI versi sebelumnya dengan UKBI Adaptif Merdeka. Pertama, desain uji yang mana sebelumnya setiap peserta mendapatkan paket lengkap yang terdiri dari 105 soal untuk tiga sesi uji mendengarkan, merespon kaidah dan membaca yang durasinya 95 menit.
BACA JUGA: Kemenkominfo: 30 Persen Masyarakat Masih Ragukan Keamanan dan Kehalalan Vaksin Covid-19
"Pada UKBI Adaptif Merdeka itu, setiap peserta mendapatkan soal yang berbeda jumlahnya dan waktunya. Hal itu bergantung pada kemampuan dan estimasi peserta oleh komputer," terangnya.Kedua, pada UKBI Adaptif Merdeka disajikan dalam bentuk daring mulai dari pelaksanaan hingga sertifikasi. "Sebelumnya, melalui kertas dan menggunakan komputer luar jaringan," ujarnya.
BACA JUGA: Pandemi Covid-19 Menjadi Momentum Transformasi Koperasi ke Ekonomi Digital
Ketiga, antara penguji dan peserta tidak harus tatap muka. Beda halnya dengan UKBI sebelumnya yang harus tatap muka. Pengujian dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa harus bertemu antara penguji dan peserta."Para peserta dapat menggunakan komputer dan jaringan internet untuk bisa mengikuti UKBI ini. Pada komputer tersebut, harus memiliki kamera, peserta tidak bisa mengikuti ujian jika kamera tidak aktif," jelasnya.
BACA JUGA: Dulu Berteman, Rocky Gerung Kini ‘Semprot’ Sandiaga Uno: Jadi Menteri Ekonomi Kreatif, Kreatifitas Anda di Mana?
Selama ini, lanjut Aminudin, banyak pelajar asing kesulitan mengikuti UKBI karena harus mengikuti satu paket uji lengkap yang tidak sesuai dengan kemahirannya. Hal itu membuat unsur tebak-tebakan terjadi dalam penyelesaian soal UKBI.BACA JUGA: KemenkopUKM Dorong Kolaborasi dan Digitalisasi Warteg untuk Tingkatkan Produktivitas Usaha
"Dengan diselenggarakan secara daring diharapkan dapat menjangkau lebih banyak penutur Bahasa Indonesia, profesional, pelajar asing, dan lainnya," imbuhnya.Dapat disampaikan, bahwa UKBI ditetapkan sebagai instrumen standar kemahiran Bahasa Indonesia pada 2003. Pada 2011, UKBI mendapatkan hak cipta dari Kemenkumham. (der/fin)