Hasil Belajar Siswa Menurun

fin.co.id - 26/01/2021, 13:00 WIB

Hasil Belajar Siswa Menurun

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan, bahwa terjadi penurunan hasil belajar siswa selama pandemi covid-19 di hampir seluruh satuan pendidikan melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), baik secara daring atau luring terbatas.

Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud Jumeri mengatakan, berdasarkan dari evaluasi pelaksanaan PJJ selama pendemi terjadi penurunan hasil belajar siswa.

"Secara akademis, tentu ada penurunan hasil belajar siswa selama PJJ," kata Jumeri di Jakarta, Senin (25/1/2021).

BACA JUGA:  Sentil Jokowi, Tengku Zul Bilang Ulama Wafat tak Ucap Duka, Giliran Mau Kumpul Wakaf dari Umat Islam….

Menurut Jumeri, terjadinya penurunan hasil belajar siswa selama PJJ, dikarenakan para guru tidak bisa memberikan materi secara total dibandingkan kondisi normal. Apalagi, penyampaian materi juga dilakukan lebih terbatas dan tidak langsung bertatap muka.

"Ketika anak-anak ketemu guru di kelas saja itu pemahamannya kadang masih kurang, apalagi ini secara jarak jauh," ujarnya.

Untuk itu, kata Jumeri, PJJ butuh peran serta orang tua dan masyarakat dalam membantu belajar anak di rumah. Namun masalahnya, tak semua orang tua mampu menggantikan peran guru dalam membimbing anak belajar.

BACA JUGA:  Polisi Terapkan Konsep Presisi dalam Kasus Ujaran Kebencian terhadap Natalius Pigai

"Kita juga tidak bisa menyalahkan orang tua, karena mungkin ada keterbatasan, mungkin orang tua harus bekerja atau tidak mampu membimbing dalam materi pelajaran tertentu," terangnya.

Dengan demikian, Jumeri meminta kepada guru agar memberikan penilaian tidak hanya berdasarkan hasil menjawab soal. Tapi, kesungguhan, motivasi, dan kedisiplinan anak-anak dalam mengikuti pembelajaran itu juga masuk dalam penilaian karakter.

"Kami juga minta agar guru-guru kita berkomunikasi dengan orang tua untuk melaporkan kondisi belajar anak-anak kita di rumah, sehingga itu juga bagian dari penialaian hasil belajar peserta didik," tuturnya.

BACA JUGA:  Komnas HAM Sebut Mahkamah Internasional Tidak Menggantikan Peran Peradilan Nasional

Terkait hal itu, muncul kekhawatiran Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akibat pandemi covi-19 mengakibatkan hilangnya kompetensi belajar siswa atau loss of learning. Bahkan, menyeruak pula kekhawatiran terjadinya lost generation.

Kemendikbud mencatat, sebanyak 20 persen sekolah secara nasional menyatakan, bahwa sebagian siswa tidak memenuhi kompetensi atau mengalami learning loss akibat PJJ.

Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Kabalitbangbuk) Kemendikbud, Totok Suprayitno mengatakan, bahwa sebagian besar guru menilai, bahwa separuh siswa tidak memenuhi standar kompetensi berdasarkan asesmen diagnostik yang dilakukan.

BACA JUGA:  Wanita yang Mesum di Halte Bus Senen Baru Kenal Lawan Mainnya di Lokasi

"Learning lost tanda-tandanya sudah mulai tampak. 20 persen sekolah menyatakan sebagian siswa tidak memenuhi standar kompetensi," kata Totok.

Kendati demikian, kata Totok, dari hasil asesmen diagnostik tersebut, 80 persen siswa masih mampu mencapai hasil belajar di tengah pandemi. Namun, bukan berarti angka 80 persen itu akan terus bertahan. Terlebih, mengingat PJJ masih akan terus berlangsung.

Menyingkapi persoalan tersebut, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap meyakini, bahwa lost generation tidak akan terjadi pada pendidkan, meski faktanya terjadi penurunan hasil belajar siswa selama pandemi.

BACA JUGA:  GeNose Bakal Diterapkan Secara Acak pada Bus Mulai 5 Februari Mendatang

"Saya kira tidak akan terjadi (lost generation)," kata Wakil Sekjen Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jejen Musah.

Jejen mengungkapkan, bahwa belum lama ini PGRI menggagas lomba menulis yang diikuti sekitar seribu guru dari 34 provinsi pada akhir 2020. Peserta diminta menuliskan pengalaman mereka menjalani PJJ selama ini.

"Dari karya yang masuk justru banyak cerita tentang inovas-inovasi guru yang tak pernah terbayangkan. Para guru sangat memanfaatkan media sosial seperti Facebook untuk melakukan pembelajaran," terangnya.

BACA JUGA:  BPBD DKI: 7 RT dan 15 Titik Jalan Tergenang Air Akibat Curah Hujan Tinggi

Bahkan, kata Jeje, model guru kunjung menjadi satu tradisi yang membuat guru merasa dekat dengan para orang tua dan masyarakat. Pasalnya, ketika para guru datang ke rumah atau desa, disambut luar biasa oleh warga dan aparat desa.

Selain itu, guru beserta perangkat desa juga bekerja sama membangun infrastruktur internet guna mendukung pendidikan. Artinya, ada kesadaran lebih dari elemen masyarakat untuk tetap memastikan peserta didik tetap memperoleh pelajaran.

"Pandemi ini juga memunculkan kesadaran dari para orang tua ternyata mendidik itu tidak mudah. Sehingga, ada perubahan mindset terhadap guru," pungkasnya. (der/fin)

Admin
Penulis