MUI-BPOM Jangan Didikte

fin.co.id - 08/01/2021, 08:35 WIB

MUI-BPOM Jangan Didikte

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan mengeluarkan fatwa kehalalan vaksin COVID-19 produksi Sinovac, CoronaVac, Jumat (8/1). Sedangkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan segera menerbitkan Emergency Use Authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat.

Ketua MUI bidang Fatwa dan Urusan Halal Asrorun Niam Sholeh mengatakan pihaknya akan menggelar sidang fatwa soal kehalalan CoronaVac, yaitu vaksin COVID-19 produksi Sinovac, China, pada Jumat (8/1).

BACA JUGA:  Geledah Kantor Dinas Pemkot Batu, KPK Amankan Dokumen Proyek dan Perizinan Tempat Wisata

"Insya Allah, sidang pleno Komisi Fatwa untuk pembahasan aspek syari tentang vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh Sinovac, China, akan dilaksanakan pada Jumat 8 Januari 2020," katanya, Kamis (7/1).

Dijelaskannya pula, sidang akan diikuti pimpinan dan anggota Komisi Fatwa MUI.

Pada kesempatan sebelumnya, Niam telah menjelaskan tim auditor MUI telah menuntaskan pelaksanaan audit lapangan terhadap vaksin Sinovac pada Selasa (5/1). Audit dilaksanakan mulai di perusahaan Sinovac di Beijing dan yang terakhir di Biofarma, Bandung.

BACA JUGA:  Megawati Bicara Benih Lobster, Susi Pudjiastuti: Terima Kasih, Hari Ini Indah untuk Saya

"Pelaksanaan audit lapangan dilanjutkan dengan diskusi pendalaman dengan direksi dan tim," katanya.

Dokumen-dokumen yang dibutuhkan tim auditor untuk menuntaskan kajian juga sudah diterima dari Sinovac via surat elekronik. Tim auditor kemudian akan merampungkan kajian dan akan dilaporkan ke dalam Sidang Komisi Fatwa.

"Komisi Fatwa akan melaksanakan Sidang Pleno Komisi untuk membahas aspek syari setelah menerima laporan, penjelasan dan pendalaman dengan tim auditor," kata dia.

BACA JUGA:  Viral Uang Rp15 Juta Dimakan Rayap, LPS: Jadi Pelajaran Menabung di Bank

Sementara untuk izin UEA, Juru Bicara Vaksinasi BPOM, Lucia Rizka Andalusia menyebut akan diterbitkan sebelum vaksinasi perdana yang dilakukan pada 13 Januari.

BPOM, menurutnya telah melakukan evaluasi data untuk memberikan EUA dengan rolling submission dari hasil uji klinis I dan II yang telah diterima.

"Saat ini sudah ada beberapa data yang sudah diterima dari BPOM dan telah dievaluasi. Kami masih menunggu data analisis tahap akhir yang akan segera diserahkan ke BPOM. Segera setelah memperoleh data, kami akan melakukan evaluasi dan diharapkan EUA dapat diberikan sebelum penyuntikan vaksin," ujarnya.

BACA JUGA:  KPK: Banyaknya Terpidana Korupsi Ajukan PK Perlu Jadi Perhatian MA

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Fraksi PKS DPR Mulyanto meminta agar MUI dan BPOM tidak tergesa-gesa terkait kehalalan dan keamanan vaksin. MUI dan BPOM harus bekerja independen dan profesional, sebab keduanya merupakan lembaga pelindung rakyat.

"Lembaga ini tidak boleh bekerja dalam tekanan pemerintah, apalagi didikte oleh para pedagang vaksin . Meski 3 juta dosis vaksin Sinovac buatan China ini tengah didistribusikan ke berbagai daerah, namun proses pemberian fatwa halal oleh MUI dan pemeriksaan hasil uji klinis oleh BPOM harus berjalan sesuai dengan kaidah fatwa dan standar ilmiah yang teruji," ujarnya.

BACA JUGA:  4.000 Nakes di Kota Magelang Akan Divaksin Gelombang Pertama

Ditegaskannya, MUI dan BPOM jangan menjadi tukang stempel mengikuti kehendak pihak-pihak yang diuntungkan dengan bisnis vaksin ini.

"Prinsip perlindungan terhadap keyakinan relijius dan kesehatan masyarakat harus tetap menjadi pedoman yang utama," katanya.

Diungkapkannya, saat ini masyarakat berharap MUI dan BPOM benar-benar menjadi benteng perlindungan.

"Masyarakat akan taat dan turut dengan apa yang akan direkomendasikan MUI dan BPOM," katanya.

BACA JUGA:  Chat Terakhir Chacha Sherly Bikin Keanu Sedih: Kok Gini Ngomongnya

Senada diungkapkan Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi. Dia mengingatkan agar BPOM jangan terburu-buru mengeluarkan.

"Saya minta dengan benar-benar, BPOM mampu bekerja secara profesional dan independen. Aspek keamanan dan keselamatan masyarakat harus prioritas pertama dan utama," katanya.

Meski target vaksinasi pertengahan Januari 2021, Tulus menilai pengambilan keputusan EUA BPOM tidak boleh ada tekanan dari pihak tertentu.

BACA JUGA:  Fadli Zon Tak Terima FPI Dibubarkan Tanpa Pengadilan, Teddy Gusnaidi: Mau Lu Apa sih Zon?

"BPOM tidak boleh diburu-buru, di tekan dalam bekerja. Jangan sampai EUA dikeluarkan, tapi karena ada tekanan dari pihak tertentu. Sehingga berpotensi mengabaikan profrsionalitas, aspek keamanan dan keselamatan menjadi taruhannya," tegas Tulus.

Sementara Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Erick Thohir memastikan Bio Farma telah mendapatkan sertifikasi dari BPOM untuk memproduksi 100 juta vaksin COVID-19.

Admin
Penulis