News . 05/01/2021, 14:35 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi 1,68 persen pada 2020 merupakan yang terendah sejak 2014.
Meski begitu, inflasi yang rendah tidak serta merta menjadi tolak ukur daya beli masyarakat.
Selain itu, inflasi juga disumbang oleh kenaikan harga daging ayam ras 0,05 persen, telur ayam ras 0,04 persen, ikan segar 0,04 persen, nasi dengan lauk 0,04 persen, dan uang kuliah 0,04 persen.
Lalu, inflasi kesehatan 2,79 persen dengan andil 0,07 persen dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 2,26 persen dengan andil 0,2 persen.
Kemudian, inflasi kelompok pendidikan 1,4 persen dengan andil 0,08 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 1,03 persen dengan andil 0,06 persen, kelompok pakaian dan alas kaki 1,01 persen dengan andil 0,05 persen, dan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya 0,73 persen dengan andil 0,02 persen.
Sementara penyumbang deflasi alias penurunan harga adalah kelompok transportasi sebesar 0,85 persen dengan andil minus 0,11 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,35 persen dengan andil minus 0,02 persen.
Terpisah, Ekonom Core Piter Abdullah menilai, inflasi yang rendah lebih disebabkan permintaan yang turun akibat pandemi. Inflasi yang rendah tidak kemudian mendorong peningkatan daya beli dan menyebabkan konsumsi yang Lebih tinggi.
"BI untuk tetap melanjutkan kebijakan moneter longgar dalam rangka mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional," tukasnya. (din/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com