Kasus Stunting di Kota Serang Capai 2.864

fin.co.id - 14/10/2020, 04:00 WIB

Kasus Stunting di Kota Serang Capai 2.864

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

SERANG - Jumlah balita yang mengalami stunting di Kota Serang mengalami lonjakan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang, kasus stunting pada September 2020 tercatat 2.864 balita atau 6,1 persen. Angka ini melonjak jika dibandingkan angka stunting pada 2019 yang mencapai 5,8 persen. Lonjakan kasus itu salah satunya diakibatkan karena pandemi Covid-19 yang menerjang masyarakat Ibukota Provinsi Banten.

Hal ini dikatakan Kepala Dinkes Kota Serang M Ikbal usai menghadiri rapat koordinasi bersama komponen masyarakat, organisasi profesi kesehatan, organisasi pelayanan klinik, dan dunia usaha di Hotel Puri Kayana, Kota Serang, Selasa (13/10).

"Kalau tahun ini memang kita ada 6,1 persen atau sebanyak 2.864 kasus. Walaupun begitu kita memang relatif masih kecil. Kalau dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2019 itu ada perbedaan. Kalau angka kasus stunting tahun 2019 itu 5,8 persen," ujar Ikbal, kepada awak media usai acara.

BACA JUGA:  El Rumi Pamer Rambut Baru, Netizen Bandingkan dengan Bunda Maia

Ia menyebutkan, dari enam kecamatan, Kecamatan Kasemen yang paling mendominasi soal peningkatan kasus stunting. "Paling banyak masih didominasi oleh Kecamatan Kasemen, termasuk gizi buruknya. Tapi secara umum semua kecamatan ada. Jadi paling banyak di Kasemen," ucap dia seperti dikutip dari Banten Raya Pos (Fajar Indonesia Network Grup).

Ikbal menjelaskan, faktor peningkatan kasus stunting salah satunya karena pandemi bisa mempengaruhi jumlah kenaikan stunting. Akibatnya daya beli masyarakat menurun, sehingga asupan gizi pada anak pun menurun. Bisa juga karena persediaan sarana air bersih yang belum merata dan sanitasi yang kurang baik.

"Upaya pemerintah memenuhi kebutuhan masyarakat untuk memiliki sarana air bersih, dan memperbaiki sanitasi lingkungan misal dengan program jambanisasi, bank sampah, intervensi pemberian makanan pokok untuk gizi buruk dan bumil," jelasnya.

BACA JUGA:  Ferdinand Dukung Polri Tangkap Petinggi KAMI, Kebebasan ada Batasnya

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kota Serang Lenny menerangkan, program yang sudah dilakukan untuk lokasi khusus stunting, untuk strategi spesifik yaitu pemberian makanan tambahan atau PMT bagi gizi buruk dan bumil, pemberian tablet pada bumil dan remaja putri, pelatihan PMBA bagi kader, sosialisasi stunting dari tingkat kota sampai kelurahan.

Selanjutnya, meningkatkan sanitasi dan sarana air bersih bekerjasama dengan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP), koordinasi dengan dinas pertanian terkait pemberian makanan pokok untuk bumil dan gizi buruk, mengadakan pos gizi terpadu, dan mengadakan kelas ibu hamil.

Penanganan kedua yaitu intervensi sensitif. Intervensi sensitif dilakukan oleh sektor lain seperti bagaimana meningkatkan daya beli masyarakat, bagaimana meningkatkan semua rumah tangga memiliki jamban keluarga, dan bagaimana semua orang punya kegiatan ekonomi.

BACA JUGA:  Bea Cukai dan Karantina Implementasikan NLE di Pelabuhan Tanjung Perak

"Ini kan sektor lain yang dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di luar kesehatan," jelas Lenny.

Melalui kegiatan rapat koordinasi tersebut, Lenny berharap mampu memberikan informasi kepada masyarakat, untuk memastikan semua balita setiap bulan ditimbang di Posyandu.

"Termasuk juga kalau ada informasi mengenai gizi kurus atau gizi buruk, itu nanti sumber konfirmasinya salah satunya dari mereka dengan tim kita yang tersebar di puskesmas," jelas dia. (harir/rahmat)

Admin
Penulis