News . 30/06/2020, 01:15 WIB
JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengendus adanya ego sektoral antara Kementerian dan Lembaga terkait dalam penanganan wabah Virus Corona (Covid-19). Sehingga kondisi ini memunculkan sendatan dalam penanganan. Ini pun dibuktikan dengan akselerasi yang tidak berjalan dalam penanganan dampak wabah. Dari sisi penanggulangan PHK, pengangguran sampai stimulus yang tidak ada progres berarti.
”Saat ini dibutuhkan penanganan dan pengendalian yang terintegrasi antara satu dengan lainnya baik antarkementerian dan lembaga maupun pemerintah pusat dengan daerah. Tidak ada lagi ego sektoral kementerian, lembaga, kedaerahan, apalagi jalan sendiri-sendiri. Saya kira ini harus segera kita hilangkan,” terang Presiden dalam rapat terbatas evaluasi penanganan pandemi dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (29/6).
Presiden jugameminta dilakukannya terobosan baru yang berdampak besar terhadap penanganan pandemi Covid-19 di tengah masyarakat. ”Saya minta agar kita bekerja tidak linier. Saya minta ada sebuah terobosan yang bisa dilihat oleh masyarakat dan terobosan itu kita harapkan betul-betul berdampak kepada percepatan penanganan ini. Jadi tidak datar-datar saja,” timpalnya.
Kepala Negara juga meminta jajarannya untuk mengawasi dan memberi panduan bagi daerah-daerah yang akan memulai menuju masa adaptasi kebiasaan baru. Pemerintah pusat harus turun memberikan panduan kepada daerah mengenai tahapan-tahapan yang harus dilalui sebelum membuka kembali fasilitas dan kegiatan publik maupun perniagaan.
”Saya juga minta dilihat betul daerah-daerah yang mulai masuk ke new normal. Tahapannya betul-betul dilalui baik itu prakondisi, timing-nya kapan, diberikan panduan, ada guidance dari pusat sehingga mereka tidak salah. Ada prakondisi, ketepatan timing-nya, kemudian yang ketiga prioritas sektor mana yang dibuka. Itu betul-betul diberikan panduan,” kata Presiden.
Untuk itu, pelibatan tokoh-tokoh agama atau elemen masyarakat lainnya diperlukan untuk mendukung proses komunikasi dan sosialisasi kepada masyarakat. ”Pelibatan tokoh-tokoh agama atau masyarakat, budayawan, sosiolog, antropolog dalam komunikasi publik harus secara besar-besaran kita libatkan sehingga jangan sampai terjadi lagi merebut jenazah yang jelas-jelas (positif) Covid oleh keluarga,” ujarnya.
Dalam hal pembayaran dan bantuan dana bagi pelayanan kesehatan serta tenaga medis, Presiden Joko Widodo juga menginstruksikan agar pencairan dana yang telah disiapkan dapat dilakukan dengan segera. Misalnya untuk bantuan santunan, pembayaran klaim rumah sakit, hingga insentif bagi para tenaga medis.
”Jangan sampai ada keluhan. Bantuan santunan itu mestinya begitu (pasien) meninggal langsung bantuan santunannya harus keluar. Prosedurnya di Kementerian Kesehatan betul-betul bisa dipotong. Jangan sampai bertele-tele. Kalau aturan di Permennya terlalu berbelit-belit ya disederhanakan,” ucapnya.
Sementara itu Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) pusat sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengungkapkan ternyata tidak semua rekomendasi World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia. Ini ditegaskan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) pusat sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo.
”Pemberitahuan WHO perlu kita lakukan kajian sesuai dengan kondisi di negara kita. Beberapa waktu lalu WHO mengatakan bahwa mereka yang tidak bergejala kecil kemungkinan melakukan penularan, tapi faktanya di negara kita lebih dari 70 persen, bahkan beberapa daerah ada yang mendekati 90 persen mereka yang tidak ada gejala positif Covid-19,” terang Doni Monardo.
Yakni pasien dengan gejala 10 hari setelah menunjukkan gejala, ditambah minimal tiga hari tanpa gejala (termasuk demam dan gejala pernapasan) sedangkan pasien tanpa gejala: 10 hari setelah dites positif untuk Covid-19. Menurut WHO, pasien Covid-19 bisa dikeluarkan dari isolasi rumah sakit (RS) tanpa memerlukan pengujian ulang dengan ketentuan tersebut.
Nah, berdasarkan data terakhir, hampir semua kasus yang menimbulkan kematian, yaitu 85 persen lebih, adalah mereka yang memiliki komorbid seperti hipertensi, diabetes, asma, TBC, kanker, dan penyakit lainnya. ”Kelompok rentan ini agar berhati-hati untuk melakukan kegiatan di luar rumah. Demikian juga para pimpinan atau pejabat agar bisa mengetahui karyawannya, anak buahnya, yang punya potensi penyakit-penyakit tertentu untuk tidak diberikan kesempatan dulu ke kantor. Cukup bekerja dari rumah untuk mengurangi risiko masyarakat yang punya komorbid ini,” tambah Doni.
Terkait langkah-langkah terobosan yang akan dilakukan, ia mengatakan Gugus Tugas provinsi, kabupaten dan kota, pimpinan daerah seluruhnya harus meningkatkan kedisiplinan, terutama kampanye penggunaan masker. ”Bapak Presiden saat kunjungan ke Jawa Timur menugaskan Gugus Tugas dan Kemenkes untuk memroduksi lebih banyak masker dan dibagikan kepada masyarakat. Apabila di tiap posko unsur bisa lengkap dan semua bisa memberikan dukungan, ini bisa membantu sehingga masyarakat bisa mematuhi imbauan yang disampaikan, sekali lagi penggunaan bahasa daerah dan istilah yang tepat sangat diperlukan sekali,” jelasnya.
Selanjutnya tenaga kesehatan juga sudah dihimpun untuk didistribusikan membantu Jawa Timur dan beberapa daerah lain yang masih memerlukan tenaga tambahan dokter. ”Demikian juga ventilator dan beberapa perlengkapan lain yang dibutuhkan. Dalam waktu dekat ini kebutuhan dari tiap daerah, 57 kabupaten kota risiko tinggi akan segera kita berikan dukungan,” terang Doni Monardo.
Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (Gugus Tugas Nasional) mencatat akumulasi data kasus tersebut diambil dari hasil uji pemeriksaan spesimen sebanyak 11.783 pada hari sebelumnya, Minggu (28/6) dan total akumulasi yang telah diuji menjadi 782.383. Adapun uji pemeriksaan tersebut dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 144 laboratorium, Test Cepat Melokuler (TCM) di 102 laboratorium dan laboratorium jejaring (RT-PCR dan TCM) di 266 laboratorium.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com