Dia menjelaskan, zona megathrust Lempeng laut Filipina adalah ancaman terjadinya bencana gempa dan tsunami yang potensial bagi wilayah Maluku Utara Khususnya Halmahera, Morotai, dan Kepulauan Talaud.
Khusus segmen zona megathrust di Pulau Halmahera memiliki magnitudo tertarget 8,2. Jika aktivitas gempa Kamis lalu berkekuatan magnitudo 6,8 maka masih jauh lebih kecil dari magnitudo tertargetnya.
Catatan sejarah gempa menunjukkan bahwa di wilayah tersebut sudah sering kali terjadi gempa kuat dan merusak yang dipicu tunjaman Lempeng Laut Filipina, yaitu gempa merusak Kepulauan Talaud 23 Oktober 1914 dengan magnitudo 7,4.
Tercatat juga gempa merusak Halmahera 27 Maret 1949 bermagnitudo 7,0. Lalu gempa merusak Kepulauan Talaud 24 September 1957 magnitudo 7,2. Kemudian pada 8 September 1966 gempa magnitudo 7,7 yang merusak Halmahera Utara dan Morotai.
Gempa merusak Kepulauan Talaud 30 Januari 1969 magnitudo 7,6 serta gempa merusak Maluku Utara dan Morotai pada 26 Mei 2003 bermagnitudo 7,0. Catatan sejarah 6 gempa kuat dan merusak tersebut di atas merupakan bukti bahwa zona Megathrust pada tunjaman Lempeng Laut Filipina, khususnya Segmen Halmahera-Talaud menjadi salah satu sumber gempa yang patut diwaspadai dan tidak boleh diabaikan. ”Lempeng Laut Filipina ini selamanya akan menjadi sumber gempa potensial di wilayah Halmahera, Morotai dan Kepulauan Talaud,” jelas Daryono. (fin/ful)