PALEMBANG - Bagi para pemain, libur kompetisi adalah masalah. Apalagi sampai tidak bisa aktivitas di luar rumah seperti saat ini. Selain tidak bisa mencari kesibukan melalui tarkam atau bintang tamu dalam sebuah acara, serbuan pandemi Covid-19 juga memaksa mereka mengurung diri. Karena itu, mereka sangat berharap kompetisi kembali digulirkan.
“Kalau kita sebagai pelaku sepak bola maunya kompetisi tetap jalan. Bisa juga dengan tanpa penonton meski pastinya ada plus minusnya. Tapi, sekurang-kurangnya nilai bisnis tetap mutar dengan berjalannya kompetisi,” ungkap pemain senior Sriwijaya FC, Ambrizal.
“Jika Juli kondusif, inginnya cepat kembali kompetisi. Opsi bagus juga jika dijalankan harus tanpa penonton,” tambah Hafit Ibrahim, gelandang Babel Muba United.
Sebagaimana diketahui, masa depan kompetisi domestik masih tersandera pandemi Covid-19. Sesuai rapat Komite Eksekutif PSSI belum lama ini, kompetisi akan diputus setelah mendengar status secara nasional dari pemerintah. Saat ini, PSSI setop kompetisi sampai 29 Mei sesuai status darurat nasional yang dikeluarkan BNPB. Jika situasi dinyatakan stabil, Juli bisa dilanjutkan berkompetisi.
“Untuk kompetisi, kita patuhi pemerintah dulu. Kalau memang pemerintah ngebolehin buat adanya kompetisi ya kenapa tidak. Tapi, kalau pemerintah gak ngebolehin ya kita wajib patuhi. Karena menyangkut kesehatan kita semua. Walau sebenarnya dalam kondisi saat ini saya berharap kompetisi bisa jalan,” terang Ahmad Ikhwan, eks striker Sriwijaya FC yang kini membela panji Badak Lampung FC.
Lanjut Ikhwan, menggelar kompetisi tanpa penonton juga bisa menjadi solusi di tengah pandemi jika memang harus diputar. Sebagaimana yang akan diuji cobakan oleh Liga Jerman. Selain harus tanpa penonton, setiap klub juga mewajibkan setiap pemain jaga jarak di kamar ganti dan harus jalani tes bebas Covid-19 empat jam sebelum bermain. Jik ditemukan pemain positif, pemain tersebut harus diisolasi dan digantikan pemain lain yang negatif.
Manajemen Sriwijaya FC sendiri sudah mengambil sikap. Bahwa kompetisi musim ini sebaiknya dihentikan permanen. Pertimbangannya, tidak mudah bagi klub mencari pendanaan kompetisi karena butuh waktu juga bagi perusahaan mengembalikan keuangan normal kembali. Sementara keuangan klub sangat bergantung pada sponsor setelah subsidi dari operator kompetisi maupun PSSI tidak bisa diandalkan. (kmd/gsm)