BOGOTA - Bagi penggemar Real Madrid, sosok Edwin Congo masih terdengar asing. Nama bomber asal Kolombia itu tak bisa disejajarkan dengan Zinedine Zidane yang bahu-membahu menjadi ujung tombak El Real awal dekade 2000-an. Sejak dibeli dari klub lokal Kolombia, Once Caldas musim panas 1999, Congo langsung dipinjamkan ke Valladolid, Toulouse dan klub Portugal, Vitoria. Hingga akhirnya hijrah ke Levante, tiga musim kemudian.
Tapi catatan itu tinggallah masa lalu. Kini, pemain yang sudah gantung sepatu di usia 33 tahun itu menjadi terkenal karena tersandung masalah hukum. Ia ditangkap oleh polisi Spanyol dalam penyelidikan skandal penyelundupan kokain dan langsung ditahan di Madrid.
Namanya pun menjadi bahan pembicaraan dan menjadi trending di televisi Spanyol. Setelah melewati 24 jam pemeriksaan, Congo yang kini berusia 43 tahun kemudian dibebaskan. Sebanyak 10 orang telah ditangkap dalam operasi lingkaran penyelundupan kokain di Spanyol.
Usai kebebasannya, Kongo langsung mengklarifikasi ketidakbersalahannya dalam program El Chiringuito, sebuah acara televisi larut malam yang populer di mana dia selalu menjadi tamu permanen. "Saya tenang. Ini bukan situasi yang nyaman," ujarnya.
"Mereka mengajukan serangkaian pertanyaan kepada saya dan setelah itu, saya kembali ke rumah. Mereka menunjukkan kepada saya foto orang-orang yang telah saya kenal. Polisi mengatakan kepada saya bahwa saya harus menjauh dari orang-orang tersebut. Itu saja," bebernya.
Dalam interogasi tersebut, Congo mengakui mengenal mereka dan tidak pernah melakukan transaksi kokain bersama orang-orang dalam foto yang ditunjukkan polisi kepadanya. "Saya sudah mencoba mencari nafkah melalui teman ini , siapa yang memiliki koneksi. Dia adalah seseorang yang membantu saya. Saya tenang karena saya tidak berurusan dengan kokain, saya tidak punya kokain di rumah," paparnya.
Tidak hanya Real Madrid, Barcelona pun punya sejarah para mantan pemainnya terlibat urusan narkoba lintas negara tersebut. Legenda bek Blaugrana, Rafael Marquez pernah menjadi pesakitan setelah 9 perusahaan milik Marquez diduga terkait dengan perdagangan narkotika asal Meksiko, Agustus 2017 silam.
Salah satu perusahaan Marquez yang dicurigai terkait dengan hal itu adalah klub sepak bola miliknya--Escuela De Futbol Rafael Marquez. "Marquez bersama penyanyi Julion Alvarez (diduga) telah bertindak sebagai garda terdepan (front person) untuk organisasi yang dikepalai Raul Flores Hernandez," tulis Washington Post.
Flores Hernandez merupakan salah satu pebisnis gelap Meksiko, di mana perusahaannya telah lama diselidiki pihak berwajib di bawah UU narkotika Kingpin, biasa disebut Kingpin Act. Di negaranya Flores Hernandez pun menjadi buron. (fin/tgr)