JAKARTA - Utang PT Garuda Indonesia pada bulan Juni 2020 akan jatuh tempo. Saat ini, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tengah mencari solusi untuk membayar utang maskapai penerbangan pelat merah itu berupa sukuk global senilai USD500 juta atau Rp7 triliun.
Untuk mencari jalan keluar itu, Kemenkeu dibantu oleh Kementerian BUMN. Sampai saat ini belum ada keputusan yang akan diambil untuk membayar utang tersebut.
"Ini lead-nya Kementerian BUMN, kami sedang pikirkan beberapa alternatif. Kami sedang cari solusi untuk bantu Garuda karena bulan Juni sudah jatuh tempo," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, Luky Alfirman, dalam video daring, kemarin (8/5).
"Ini memang in progress, proses ini kami bersama-sama dengan Kementerian BUMN sedang memikirkan jalan keluar untuk Garuda," imbuh dia.
Adapun sukuk tersebut bernama Garuda Indonesia Global Sukuk Limited. Sukuk global itu diterbitkan pada 3 Juni 2015 lalu di Singapore Exchange. Garuda menawarkan suku bunga tetap sebesar 3 persen setiap tahun.
Terpisah, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna menyarankan, ada beberapa langkah untuk membayar utang, salah satunya melakukan negosiasi dengan pemegang saham. "Pemerintah bisa negosiasi utang kepada pemegang saham. Selain itu, pemerintah dan Garuda perlu memperbaiki governance Garuda," kata dia kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (21/5).
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra mengatakan, membutuhkan bantuan keuangan dan relaksasi untuk membayar utang yang akan jatuh tempo pada Juni 2020 mendatang sebesar Rp7 triliun.
Upaya yang dilakukan adalah pihaknya melakukan efisien dengan dengan menunda pembayaran gaji karyawan hingga direksi, insentif tahunan dan tunjangan-tunjangan penunjang lainnya. Namun THR untuk Lebaran tahun ini tetap dibayarkab meski instruksi Menteri BUMN Erisck Thohir tidak bayar THR untuk direksi dan komisaris. Selain itu, perseroan juga akan melakukan penghentian rute-rute yang merugikan.
"Saya ingin mengatakan, di kuartal pertama terjadi naik turun daripada penerbangan. Kuartal pertama sangat dipengaruhi dampaknya oleh penutupan penerbangan ke Cina," katanya.(din/fin)