Defisit APBN 2020 Diprediksi Melebar 2,5 Persen

fin.co.id - 11/03/2020, 11:35 WIB

Defisit APBN 2020 Diprediksi Melebar 2,5 Persen

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memprediksi jika melihat sejumlah indikator mulai dari penurunan penerimaan negara hingga mewabahnya virus corona atau Covid-19 kemungkinan akan memperlembar defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020.

Seperti diketahui, realisasi kinerja APBN 2019 tak mencapai target. Hal itu membuat deisit anggaran melebar dari target yang dipasang oleh pemeirntah.

Pada 2019, pemerintah hanya bisa mengumpulkan penerimaan neagra sebesar Rp1.957,2 triliun atau 90,4 persen dari target Rp 2.165,1 triliun. Penerimaan yang berasal dari pajak hanya sebesar Rp1.332,2 triliun atau 84,4 persen dari target Rp1.577,6 triliun.

BACA JUGA: Update! Sudah 27 Orang Terinfeksi Corona di Indonesia

"Sekarang ini kita sudah lihat kemungkinan defisit naik itu pasti. Tekanan penerimaan dari harga minyak dan kondisi ekonomi serta fasilitas yang kita keluarkan, dari sisi belanja juga ada akselerasi," kata Sri Mulyani, di Jakarta, kemarin (10/3).

Oleh karena it, upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperkecil devisit APBN diperlukan startegi pembiayaan yang tepat sasaran dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan agar penerbiatan Surat Berharga Negara (SBN) tak terbebani anggaran di tahun-tahun depan.

Hanya saja, lanjut bendara negara itu, pasar SBN tengah tak stabil lantaran banyak isu yang menerpa, mulai dari virus corona, hingga perang harga minyak mentah antara Arab Saudi dan Rusia.

"Bond stabilization framework itu sudah kita bikin. Bank Indonesia (BI) juga melakukan yang sama, BI beli SBN pasar sekunder kalau ada dorongan eksesif yang tidak mencerminkan fundamental," ujar Sri Mulyani.

Dikatakan dia, pemerintah tengah menjaga penerbitan SBN. Apabila kondisi pasar sedang positif maka baru kemudian diterbitakan. "Ini kan hanya masalah timing dan size saja (penerbitan SBN)," ucapnya.

BACA JUGA: Serius Cegah Virus Corona, Arab Saudi Bolehkan Warga Salat Jumat hanya 15 Menit

Terpisah, peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda menilai defisit APBN melebar tak masalah selama pemerintah bisa mengatasinya. Kata dia, penyebaran virus corona yang masif di seluruh dunia memang sangat mempengaruhi APBN 2020.

Untuk itu, untuk memerangi virus corona terhadap ekonomi nasional diperlukan obat yang ampuh. Salah satunya dengan menggenjot pengeluran pemerintah.

"Ya, defisit APBN jelas akan terjadi. Namun sepanjang tidak menapai batas 3 persen saya kira masih aman," kata Huda kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (10/3).

Sementara itu, menurut Ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah pelebaran defisit APBN meurakan hal yang wajar ketika terjadi perlambatan ekonomi. Apalagi kata dia, pemerintah selalu mendesain APBN dengan kebijakan defisit anggaran, yaitu penerimaan lebih rendah dibandingkan belanja negara.

"Pelebaran defisit saya tegaskan tidak menjadi masalah apabila pelebaran tersebut memang direncanakan sejak awal. Di mana pemerintah memang menyusun APBN dengan target penerimaan pajak yang lebih rendah sementara belanja lebih besar," pungkasnya.(din/fin)

Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq

Admin
Penulis
-->