MAKASSAR - Teka-teki siapa pewaris kursi Perdana Menteri (PM) Malaysia masih abu-abu. Namun, Anwar Ibrahim dan Azmin Ali disebut sebagai kandidat terkuat.
Persaingan kedua tokoh ini justru makin mempertajam konflik politik di Malaysia. Kubu-kubu yang awalnya bersatu melawan Barisan Nasional yang dikomandoi UMNO, kini membentuk faksi-faksi.
Ketua prodi Hubungan Internasional Universitas Bosowa (Unibos) Zulkhair Burhan menganalisis, untuk menengahi kubu yang beronflik ini, kepentingan nasional Malaysia harus jadi rujukan. Sebab, banyak persoalan domestik dan regional yang perlu diselesaikan pula.
"Saya kira itu bisa jadi pertimbangan kelompok-kelompok yang bertikai dalam kancah politik domestik," beber Zulkhair, kemarin.
Dari segi dampak, Boby sapaan karibnya yakin akan memengaruhi situasi hubungan dengan Indonesia karena berefek ke stabilitas. Secara geografis Indonesia dan Malaysia berdekatan dan punya kepentingan ekonomi.
"Banyak sekali kerja sama dengan Malaysia baik melalui pemerintah maupun nonpemerintah. Sehinga ketika tidak ada kepastian di negara seberang, tentu akan berpengaruh dengan dinamika kerja samanya," sebutnya.
Saat ini, masa depan politik domestik di Malaysia masih sangat dipengaruhi oleh polarisasi yang terjadi sejak beberapa tahun lalu. Meski kemudian, aktor-aktornya banyak yang relatif baru, namun polarisasinya masih sama.
"Kenaikan Muhathir Mohamad seolah mengubah polarisasi itu, tetapi dalam politik tidak ada yang abadi. Kubu-kubu itu buktinya kembali bertikai," urainya.
Pengamat hubungan internasional Universitas Hasanuddin (Unhas), Drs Patrice Lumumba MA menuturkan, kondisi perpolitikan Malaysia saat ini sedang gaduh. Ada banyak sekali manuver yang terjadi akibat mundurnya Mahathir Mohamad sebagai PM Malaysia.
Sehingga, siapa pewaris kursi PM, kata Patrice, cukup sulit diprediksi. Akan tetapi, ada dua kandidat yang ramai menjadi perbincangan yakni Anwar Ibrahim dan Azmin Ali. Kedua nama ini adalah orang yang paling berpotensi.
"Azmin Ali itu kan merangkap menteri perdagangan jadi secara de facto lebih menonjol daripada Anwar Ibrahim. Tetapi, bukan berarti peluang Anwar Ibrahim juga kecil," kata Patrice, malam tadi.
Teka teki ini, kata dia, akan terlihat dalam beberapa hari ke depan. Pasalnya, setelah Mahathir menyerahkan pengunduran dirinya kepada raja, dia diminta menjadi pejabat sementara.
"Tetapi saya khawatir kedua pihak, Anwar Ibrahim dan Azmin Ali ada semacam revolusi di Malaysia yang akan bertubrukan antara pendukung mereka," ucapnya.
Patrice menungkapkan, kedua orang ini sangat berpeluang. Di sisi lain, Anwar Ibrahim sebagai pemenang koalisi suara terbanyak. Makanya istrinya, Wan Azizah Wan Ismail, menjadi Wakil Perdana Menteri.
"Masih besar peluangnya. Tinggal kompromi nanti dengan istrinya untuk mundur. Tetapi dengan catatan, karena istrinya sudah duduk sebagai wakil perdana menteri, Anwar Ibrahim juga tak boleh terlalu berharap," paparnya.