Pengamat hubungan internasional Unhas lainnya, Darwis berpendapat, belum ada kepastian dari mundurnya Mahathir Mohamad. Namun, ia menyayangkan, komitmen untuk menjadikan Anwar Ibrahim sebagai pengganti tidak ditepati.
Menurutnya, ada fraksi baik oposisi maupun pemenang pemilihan rakyat yang sepertinya tidak menginginkan Anwar Ibrahim meduduki jabatan sebagai PM. Seolah-olah ada kerja sama antarelite politik untuk tidak meloloskan Presiden Partai Keadilan Rakyat itu.
"Saya tidak melihat adanya jalan tengah. Kalaupun ada, itu pasti hanya mukjizat. Ada arus besar yang tidak menginginkan Anwar," katanya.
Ketua prodi Hubungan Internasional Unhas ini melihat, belum ada dampak signifikan terhadap Indonesia bahkan Sulsel. Yang jelas, kata dia, masyarakat Malaysia mulai terpecah.
"Indonesia belum terpengaruh signifikan. Hubungan perdagangan Indonesia-Malaysia juga masih baik-baik saja, apalagi untuk Sulsel. TKI pun belum tersentuh. Sekarang lagi adem ayem," tambahnya.
Raja Malaysia, Yang Dipertuan Agong Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah, meminta Mahathir Mohammad membentuk kabinet baru. Setelah itu, PM baru akan ditentukan. Masalanya, sosok PM baru jadi sumber friksi.
Pengunduran diri PM membuat koalisi Mahathir Mohammad (94) dengan Anwar Ibrahim (72) retak."Padahal koalisi tersebut mencetak kemenangan mengejutkan pada pemilihan umum pada 2018," kata Sekretaris Pemrintahan Malaysia Mohd Zuki Ali.
Mahathir Mohammad mengundurkan diri sebagai menyusul tuduhan bahwa dia akan membentuk kemitraan dengan partai-partai oposisi yang dikalahkannya saat Pemilu dua tahun lalu.
"Dia berpikir bahwa dia seharusnya tidak diperlakukan seperti itu, bahwa ia bekerja sama dengan orang-orang yang kami yakini korup," ujar Anwar Ibrahim setelah bertemu Mahathir Mohammad.
"Ia menegaskan bahwa dirinya sama sekali tidak akan bekerja sama dengan orang-orang yang berhubungan dengan rezim lampau," ujar Presiden Partai Keadilan Rakyat itu.
Tetapi tidak jelas apakah pengunduran diri itu mengakhiri posisi Mahathir Mohammad sebagai perdana menteri Malaysia sepenuhnya, karena setidaknya tiga pihak dalam koalisinya meminta Mahathir untuk tetap menjabat. Sementara pihak oposisi juga setuju untuk mendukungnya.
"Jika dia kembali sebagai PM, dia memiliki kebebasan untuk memilih mitranya atau yang dia ingin menjadi bagian dari kabinetnya," kata Direktur jajak pendapat Merdeka, Ibrahim Suffian.
Usai mundur dari Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad mundur dari Partai Bersatu yang ia bentuk sesaat sebelum Pemilu. (sul-ism/abg-zuk)