Kilau Emas Sedikit Meredup, Kenaikan Imbal Hasil Obligasi Amerika Jadi Penyebab

Kilau Emas Sedikit Meredup, Kenaikan Imbal Hasil Obligasi Amerika Jadi Penyebab

Emas batangan internasional/Ilustrasi-Photo by Michael Steinberg from Pexels-

JAKARTA, FIN.CO.ID - Harga emas melemah, Rabu, sebagai imbas dari meningkatnya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (US Treasury), yang menjadi bagian dari kebijakan pengetatan moneter oleh Bank Sentral Amerika, The Federal Reserve (The Fed). 

Kebijakan The Fed itu mengimbangi lonjakan harga emas dunia yang terjadi sebelumnya, sebagai respon dari munculnya sanksi baru terhadap Rusia sebagai imbas dari Invasi Rusia ke Ukraina. 

(BACA JUGA:Antrian Truk Isi Solar Masih Terjadi, Pengamat Sebut Persoalan Kuota Hingga Disparitas Harga Jadi Penyebab)

Mengutip laporan Reuters di bengaluru, Selasa 5 April 2022 atau Rabu 6 April 2022 dini hari WIB, harga emas di pasar spot turun 0,6 persen menjadi USD1.921,47 per ounce.

Sementara itu harga emas berjangka Amerika Serikat ditutup berkurang 0,3 persen menjadi USD1.927,50 per ounce.

Imbal hasil US Treasury 10-tahun naik setelah Gubernur Fed, Lael Brainard mengatakan dia memperkirakan kenaikan suku bunga metodis dan pengurangan cepat pada  balance sheet  bank sentral untuk membawa kebijakan moneter Amerika ke "posisi yang lebih netral" akhir tahun ini.

Ekspektasi Fed untuk sedikit lebih agresif dalam memerangi tekanan inflasi membebani emas, mengingat "dia (Brainard) umumnya dianggap sebagai salah satu anggota Fed yang lebih  dovish,"  kata David Meger, Direktur High Ridge Futures.

(BACA JUGA:Erick Thohir: Harga Pertamax Seharusnya Rp16.000 Per Liter)

Naiknya suku bunga AS meningkatkan  opportunity cost  memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Dolar juga menguat, membatasi selera pembeli emas yang menggunakan mata uang lain.

"Risiko geopolitik kemungkinan akan menjadi pendorong utama jangka pendek dan itu bakal membantu emas memperluas kisaran perdagangan (USD1.900-1.950), di mana kita bisa melihat harga bahkan mungkin naik ke posisi USD1.975," ujar Edward Moya, analis OANDA.

Tetapi pergerakan harga juga dapat dipengaruhi oleh rilis risalah dari pertemuan kebijakan terakhir The Fed, Rabu, yang akan ditelaah untuk petunjuk tentang lintasan kenaikan suku bunga, papar Moya.

(BACA JUGA:Harga Pertamax di Malaysia Lebih Murah Ketimbang Indonesia, Pengamat: Gak Bisa Dibandingkan 'Aple to Aple')

Indeks Wall Street jatuh setelah komentar Brainard, yang menakuti investor yang sudah khawatir tentang prospek sanksi baru terhadap Rusia.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: