Ancaman Sanksi Baru Terhadap Rusia jadi Perhatian Dunia, Harga Minyak Meroket, Emas Mengikuti

Ancaman Sanksi Baru Terhadap Rusia jadi Perhatian Dunia, Harga Minyak Meroket, Emas Mengikuti

Ilustrasi - Pertambangan Minyak. FOTO: Pexels-Pixabay--

JAKARTA, FIN.CO.ID - Ancaman sanksi baru terhadap Rusia kembali disuarakan oleh para petinggi Eropa dan Barat, menyusul isu kejahatan perang tentara Rusia yang mencuat pasca peristiwa di Bucha, di luar ibu kota Kyiv, di mana kuburan massal dan mayat terikat yang diduga ditembak dari jarak dekat ditemukan.

Setidaknya ada dua komoditas yang langsung menjadi perhatian para investor di dunia, yakni minyak dan juga aset safe-haven yaitu emas. 

(BACA JUGA:IHSG 5 April 2022 Berpotensi Lanjut Menguat, Dua Analis Kompak Rekomendasikan ASII)

Mengutip laporan Reuters di New York, Selasa 5 April 2022 dini hari, harga minyak melonjak lebih dari 3 persen. Hal ini akibat dari investor yang khawatir terhadap pasokan yang lebih ketat, karena meningkatnya kematian warga sipil di Ukraina.

Hal itu mendorong tekanan pada negara-negara Eropa untuk menjatuhkan sanksi terhadap sektor energi Rusia.

Sebagaimana diketahui, harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melesat USD3,14, atau 3 persen, menjadi USD107,53 per barel.

Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate, melambung USD4,01, atau 4 persen, menjadi menetap di posisi USD103,28 per barel. 

(BACA JUGA:Harga Pertamax di Malaysia Lebih Murah Ketimbang Indonesia, Pengamat: Gak Bisa Dibandingkan 'Aple to Aple')

Perdagangan bergejolak dengan kedua kontrak naik setelah turun lebih dari USD1.

Sementara itu untuk harga emas di pasar spot pagi ini meningkat 0,4 persen menjadi USD1.932,78 per ounce.

Emas berjangka Amerika Serikat ditutup naik 0,5 persen menjadi USD1.934 per ounce.

Harga emas melesat karena investor memburu aset  safe-haven  itu di tengah prospek negara-negara Barat yang memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.

(BACA JUGA:Pertamax Naik Tapi Pertalite Disubsidi, Aktivis 98: Kurang Baik Apa Pak Jokowi)

Tak hanya itu, kemungkinan lonjakan inflasi juga menjadi pertimbangan, meski penguatan dolar dan imbal hasil US Treasury membatasi kenaikan.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: