Setuju dengan Pendeta GMII, Aktivis: Kami Kafir Akal Sehat Tidak Terganggu dengan Suara Azan

Setuju dengan Pendeta GMII, Aktivis: Kami Kafir Akal Sehat Tidak Terganggu dengan Suara Azan

Kemenag bakal menggandeng Dewan Masjid Indonesia (DMI) untuk tingkatkan kualitas toa masjid dan musala.-Ilustrasi-Pixabay

JAKARTA,FIN.CO.ID- Aktivis Nicho Silalahi setuju dengan pendapat Pendeta L Ferdinand Wrkamawas dari Gereja Misi Injili Indonesia (GMII), yang menyatakan tidak terganggu dengan suara azan. 

"Kami Non Muslim (Kafir) yang memiliki akal sehat tidak akan pernah merasa terganggu dengan suara yang keluar dari Toa Masjid (Azan dll)," tulis Nicho Silalahi di Twitter-nya, Kamis 10 Maret 2022.

Menurut Nicho Silalahi, suara azan bisa dijadikan sebagai pengingat waktu. Misalnya bagi pekerja non muslim yang harus berangkat kerja di pagi hari. 

"Justru suara itu membantu mengingatkan kami akan waktu, paling tidak suara itu bisa membangunkan para pekerja di pagi hari untuk beraktivitas, " kata pria bernama asli Nicholas Frans Giskos ini. 

Cuitan Nicho Silalahi itu menanggapi pernyataan Pendeta L Ferdinand Wrkamawas dari GMII.

Pendeta L Ferdinand mengatakan, mereka umat non muslim di Aceh Barat, tidak pernah mempermasalahkan suara azan di wilayah mayoritas muslim tersebut. 

"Tidak ada permasalahan dengan suara adzan, karena itu memang suatu proses dalam beribadah agama Islam untuk melaksanakan ibadah shalat," kata Pendeta L Ferdinand di Aceh Barat, Rabu 9 Maret 2022.

Hal itu disampaikan saat menghadiri pertemuan para tokoh lintas agama dengan pejabat Forkompimda Aceh Barat di kantor bupati setempat, dan menanggap surat edaran Menteri Agama Republik Indonesia terkait suara adzan.

Hadir pula pada kesempatan itu majelis Gereja GMII seperti Infran Zebua dan TN Samosir dari Kristen Protestan. 

Menurutnya, pendeta Ferdinand, sebagai masyarakat non Muslim di Aceh Barat, kalangan umat beragama di daerah ini mengaku tidak pernah merasa terganggu dengan suara adzan yang dikumandangkan setiap hari.

Ia juga mengakui selama ini kondisi kerukunan beragama di Aceh Barat sangat kondusif dan sangat harmonis.

“Kami agama minoritas disini diperlukan seperti saudara,” katanya menambahkan.

“Kami sama sekali tidak pernah merasa terganggu dengan suara adzan,” imbuh Pendeta L Ferdinand Wrkamawas.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber: