Harga Minyak Brent dan WTI Sentuh Level Tertinggi 14 Tahun, Ditengah Prospek Embargo Pasokan Rusia

Harga Minyak Brent dan WTI Sentuh Level Tertinggi 14 Tahun, Ditengah Prospek Embargo Pasokan Rusia

Ilustrasi, harga minyak dunia-Pertamina-

JAKARTA, FIN.CO.ID - Harga minyak dunia jenis Brent dan West texas Intermediate (WTI) sempat menyentuh level tertinggi sejak 2008 yaitu masing-masing USD139,13 per barel dan USD130,50, pada sesi perdagangan Senin 7 Maret 2022. 

Lonjakan harga minyak itu terjadi karena Amerika Serikat dan sekutu Eropa mempertimbangkan untuk melarang impor minyak Rusia,  sementara tampaknya sangat kecil kemungkinan barel Iran akan kembali dengan cepat ke pasar global.

Dikutip dari laporan reuters di New York, Senin 7 Maret 2022 atau Selasa 8 Maret 2022 pagi WIB, harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melesat USD5,1 atau 4,3 persen, menjadi menetap di USD123,21 per barel.

(BACA JUGA:Ngeri! Harga Minyak Brent Tembus USD130 Per Barel, Tertinggi Sejak 2008)

Sementara itu, patokan Amerika, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), ditutup melejit USD3,72, atau 3,2 persen, menjadi USD119,40 per barel.

"Gambaran yang lebih besarnya adalah gangguan pasokan semakin buruk," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston. "Tidak ada yang ingin menyentuh apa pun yang berhubungan dengan Rusia."

Harga minyak global meroket sekitar 60 persen sejak awal 2022, meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global dan stagflasi. China, ekonomi terbesar kedua dunia, menargetkan pertumbuhan yang lebih lambat sebesar 5,5 persen tahun ini.

(BACA JUGA:China Didesak Tekan Rusia, Jangan Diam Saja)

Minggu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat dan sekutu Eropa sedang menjajaki pelarangan impor minyak Rusia. Gedung Putih, Senin, mengatakan Presiden Joe Biden belum membuat keputusan tentang larangan impor minyak Rusia.

Harga minyak bisa melesat jadi lebih dari USD300 per barel jika Amerika Serikat dan Uni Eropa melarang impor minyak dari Rusia, ungkap Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, Senin.

"Kami menganggap USD125 per barel, perkiraan jangka pendek kami untuk minyak mentah Brent, sebagai batas yang lemah bagi harga, meski harga bisa bergerak lebih tinggi lagi jika gangguan memburuk atau berlanjut untuk periode yang lebih lama," kata analis UBS, Giovanni Staunovo.

(BACA JUGA:Perang Rusia-Ukraina Berkepanjangan, Indonesia Malah Untung?)

Perang berkepanjangan di Ukraina dapat mendorong Brent diatas USD150 per barel, papar dia.

Analis Bank of America mengatakan jika sebagian besar ekspor minyak Rusia terputus, mungkin ada kekurangan 5 juta barel per hari atau lebih besar dari itu, mendorong harga setingginya USD200.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugroho

Tentang Penulis

Sumber: reuters