Tak Seperti Delta, Varian Omicron Ternyata Tak Mempengaruhi Optimisme Pelaku Usaha Dalam Negeri

Tak Seperti Delta, Varian Omicron Ternyata Tak Mempengaruhi Optimisme Pelaku Usaha Dalam Negeri

Ilustrasi Perekonomian 2022-Photo by Nataliya Vaitkevich from Pexels-

JAKARTA, FIN.CO.ID - Perusahaan jasa audit, Grant Thornton Indonesia memproyeksikan bahwa optimisme para pelaku bisnis di Indonesia yang tercatat positif pada Semester II-2021 akan berlanjut ke 2022, dengan catatan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat tidak seketat tahun sebelumnya.

"Tingkat optimisme pelaku usaha di Indonesia cukup positif di Semester II-2021, yaitu 78 persen atau berada di atas rata-rata Asean. Adapun survei Economic Optimism Asean sebesar 73 persen atau masih lebih besar dari global average yang sebesar 70 persen," ujar CEO/Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani dalam acara Virtual Media Discussion di Jakarta, Rabu, 26 Januari 2022.

Dia menyebutkan, tingkat optimisme para pelaku bisnis di Indonesia akan berlanjut di tahun ini, meski situasi perekonomian di dalam negeri masih dibayangi oleh peningkatan jumlah kasus Covid-19 akibat varian Omicron. 

(BACA JUGA:INDEF Prediksi Dampak Ekonomi IKN Hanya Sebesar 0,02 Persen)

"Kalau virus Omicron, penularannya memang lebih cepat, tetapi tidak terlalu parah," ucapnya.

Johanna mengatakan, pada sejumlah kasus di negara-negara maju, dampak negatif dari Omicron tidak seperti virus varian Delta yang lebih mematikan. 

"Kalau Delta, impact-nya cukup berat dan banyak orang yang meninggal karena virus ini," imbuh Johanna.

(BACA JUGA:Fundamental Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi Sangat Baik, Ini Bukti-Buktinya)

Namun demikian, jelas dia, keberlanjutan optimisme pelaku bisnis di Indonesia akan bergantung pada sikap pemerintah dalam menetapkan regulasi yang terkait dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

"Sektor ritel terutama yang akan terpengaruh, kalau PPKM kembali diketatkan," katanya.

Tetapi, lanjut Johanna, pengalaman di tahun sebelumnya sudah cukup membuktikan bahwa sektor ritel mampu bertahan, karena ditopang oleh pemasaran berbasis teknologi digital. Bahkan, kata dia, saat ini penjualan produk secara online justru menjadi tren yang terus berkembang.

(BACA JUGA:Begini Proyeksi Ekonom Soal Perekonomian Indonesia Tahun 2022)

Dia menegaskan, pada Semester II-2021, pelaku bisnis sudah kembali melakukan aktivitas usaha yang lebih baik dibanding paruh pertama tahun lalu.

"Tetapi, bisnis yang sudah berjalan ini tentunya diikuti oleh kenaikan tingkat inflasi. Pemerintah harus berperan juga menjaga laju inflasi," tutur Johanna.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sigit Nugr

Tentang Penulis

Sumber: