Iran Ancam Keluar dari Perjanjian Nuklir

Iran Ancam Keluar dari Perjanjian Nuklir

TEHERAN - Iran akan mengkaji ulang kerja samanya dengan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa pengawas nuklir terkait langkah-langkah yang dinilai tidak adil. Ketua Parlemen Iran Ali Larijani, mengatakan Barat telah mencoba mengintervesi Iran dengan ketidakadilan dalam pemberlakukan Nuklir. ”Kondisi ini jelas merugikan negara kami. Mereka hanya ingin menguasai dunia, sementara mereka dengan bebasnya pengatur larangan,” terang Larijani, Minggu (19/1). Ditambahkannya, mengkaji ulang kerja sama tersebut harus dilakukan setelah negara-negara berpengaruh di Uni Eropa pekan lalu mencetuskan mekanisme baru penyelesaian sengketa di bawah kesepakatan nuklir Iran tahun 2015. ”Kami menyatakan secara terbuka bahwa kalau kekuatan-kekuatan Eropa, dengan alasan apa pun, mengambil pendekatan yang tidak adil dalam menggunakan mekanisme sengketa, kami benar-benar akan mempertimbangkan kembali kerja sama kami dengan Badan Energi Atom," kata Larijani, seperti dikutip televisi negara. Prancis, Inggris dan Jerman mencetuskan mekanisme dalam kesepakatan tersebut setelah Teheran terus mengurangi kepatuhannya pada perjanjian nuklir itu. Penurunan kepatuhan itu dilakukan Iran sebagai tanggapan atas sanksi-sanksi, yang diberlakukan kembali oleh Washington sejak AS menarik diri dari perjanjian itu pada 2018. Perancis, Jerman dan Inggris memulai sengketa hukum formal sebagai tanggapan atas keputusan Iran pekan lalu untuk mengabaikan semua pembatasan nuklir berdasarkan perjanjian internasional. Semenatar itu, tiga negara Eropa terus menekan Iran dengan megambil langkah-langkah untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 atau dikena l sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). Dengan mengambil langkah hukum itu, mereka berharap Iran dapat dibujuk kembali mematuhi kesepakatan. Para pengamat mengatakan, langkah itu justru cenderung mengakhiri perjanjian yang ditandatangani Iran empat tahun lalu dengan enam kekuatan internasional. Barack Obama, yang saat itu adalah Presiden Amerika Serikat, juga menyetujui kesepakatan itu. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyarankan, akan lebih baik jika kesepakatan yang cacat itu diganti dengan perjanjian baru yang dirundingkan oleh Presiden Donald Trump. Mengambil sikap yang berbeda dengan mitranya dari Perancis dan Jerman, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson melayangkan gagasan perlunya kesepakatan nuklir baru dengan Iran itu dalam wawancara dengan BBC. ”Sepertinya,perlu perjanjian baru jika melihak kondisi saat ini,” singkatnya. (fin/ful)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: