Lima Nelayan Indonesia Kembali Diculik

Lima Nelayan Indonesia Kembali Diculik

JAKARTA - Kelompok bersenjata Abu Sayyaf dilaporkan kembali menculik lima nelayan asal Indonesia (WNI) ketika melaut di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia, Kamis (16/1) pekan lalu. Kelima nelayan Indonesia itu diantaranya, Arsyad Dahlan (41), La Baa (32), Riswanto Hayono (27), Edi Lawalopo (53), dan Syarizal Kastamiran (29). Mereka berasal dari Indonesia yang bekerja pada perusahaan perikanan yang berpusat di Sandakan, Malaysia. Seperti yang dikutip dari The Strait Times pada Senin (20/1), empat pria bersenjata berpakaian serba hitam dilaporkan menyandera lima dari delapan nelayan kapal pukat Malaysia ketika mencari ikan di dekat perbatasan laut Filipina sekitar pukul 20.00 malam waktu setempat. Komando Keamanan Sabah Timur (Esscom), Komandan Hazani Ghazali, menuturkan bahwa kelompok pria bersenjata itu menggunakan kapal cepat atau speedboat saat mendekati para nelayan. Para penyandera dikabarkan langsung melarikan diri ke perairan Filipina sambil membawa lima sandera tersebut. Kabar penculikan kelima nelayan Indonesia ini didapat Esscom dari laporan nelayan setempat pada Jumat siang sekitar pukul 13.00 waktu lokal. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI membenarkan sebanyak lima nelayan Indonesia hilang di perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah, Malaysia pada Kamis (16/1). Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu RI, Judha Nugraha, mengatakan kelima anak buah kapal itu bekerja di kapal ikan Malaysia. "Telah terdapat konfirmasi dari Konsul RI di Tawau bahwa benar terdapat 5 awak kapal WNI yang bekerja di kapal ikan Malaysia hilang di perairan Tambisan, Lahad Datu," katanya. Judha mengatakan Konsulat Jenderal RI di Kota Kinabalu dan Konsulat RI di Tawau saat ini tengah berkoordinasi dengan pihak berwenang Malaysia untuk meminta penjelasan mengenai detail kejadian. Meski begitu, Judha belum bisa mengonfirmasi bahwa kelima WNI tersebut diculik kelompok bersenjata Abu Sayyaf seperti yang diberitakan sejumlah media lokal Malaysia. Indonesia Salahkan Malaysia Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar menilai, bahwa berulangnya peristiwa penyanderaan nelayan Indonesia lantaran koordinasi pihak berwenang Malaysia soal pengamanan di perairan Sabah dan sekitarnya tidak efektif. "Indonesia bersama Malaysia dan Filipina telah menyepakati perjanjian trilateral, salah satunya terkait patroli terkoordinasi yakni kerja sama untuk mengamankan wilayah perairan di sekitar Sabah, Sulu, dan utara Sulawesi," kata Mahendra usai menghadiri rapat bersama Komisi I DPR pada Senin (20/1). Mahendra juga mengakui, bahwa ketiga perairan itu memang terkenal rawan pembajakan dan penyanderaan kapal oleh kelompok bersenjata. "Betul-betul kami menyesalkan (penyanderaan) ini terjadi berulang-ulang dan kelihatannya kondisi ini karena koordinasi atau keterlibatan pihak berwenang di Malaysia tidak efektif selama ini," tuturnya "Kami berharap hal ini dapat ditingkatkan dalam waktu dekat," imbuhnya. Dapat diketahui, penyanderaan ini berlangsung hanya tiga hari setelah pemerintah RI berhasil membebaskan WNI terakhir yang disandera Abu Sayyaf, Muhammad Farhan. Farhan disandera Abu Sayyaf sejak September 2019. (der/cnn/fin)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: