Rapsel Ali: Bisnis Masa Depan, 2023 Indonesia Harusnya Sudah Mulai Pembangunan Bandara Antariksa

Rapsel Ali: Bisnis Masa Depan, 2023 Indonesia Harusnya Sudah Mulai Pembangunan Bandara Antariksa

JAKARTA — Anggota Komisi VI DPR Muhammad Rapsel Ali menegaskan bahwa Indonesia seharusnya sudah bisa memiliki bandara antariksa di 2023. Menurutnya, industri jasa satelit adalah bisnis masa depan yang prospeknya sangat bagus. Indonesia, kata politisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) tersebut punya potensi dan peluang besar dalam pembuatan bandara atau stasiun antariksa. Alasannya, negeri ini memiliki keunggulan lokasi karena berada di garis khatulistiwa atau ekuator. “Harusnya, 2023 kita sudah mulai membangun stasiun tersebut. Negara khatulistiwa bisa hemat bahan bakar sehingga ini bisa menjadi bisnis yang sangat menguntungkan. Kehadiran stasiun peluncuran satelit ini bisa dikomersilkan untuk negara yang memiliki aktivitas keantariksaan, khususnya yang berada di kawasan Asia,” tegas anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sulsel 1 tersebut, Sabtu, 4 Juli 2020. Ada empat kepentingan dari kepemilikan satelit, yakni telekomunikasi, observasi bumi, ilmu pengetahuan, dan keamanan nasional. Makanya, sejak peluncuran pertama satelit milik USSR (kini Rusia) pada 4 Oktober 1957, laporan “2017 State of The Satellite Industry Association” menyebutkan ada sedikitnya 1.300 satelit yang berada di orbit. Karena itu, selain Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) yang memang sudah merencanakan mendirikan tempat pelucuran satelit di Desa Soukobye, Kabupaten Biak Numfor, Papua, Rapsel juga mendesak PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom). Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di Indonesia, Telkom menurutnya harus lebih proaktif. “Negara harus berdaulat informasi hingga ke koordinat angkasa luar. Salah satu visi misi Jokowi-Maruf sewaktu Pilpres adalah membangun tol langit. Telkom harus mewujudkan visi tersebut. Industri jasa satelit adalah bisnis masa depan sehingga Telkom harus terdepan untuk mewujudkannya,” kata Rapsel. Lapan sendiri sejauh ini sudah memiliki tempat peluncuran satelit di wilayah Garut, Jawa Berat. Namun, untuk pengembangannya sudah tidak memungkinkan lagi. Makanya, kawasan peluncuran satelit di wilayah Garut tersebut hanya untuk kelas roket 40 cm yang juga sebenarnya cukup riskan. Olehnya itu, bandara antariksa sepertinya halnya tempat peluncuran satelit dunia di Florida, Amerika Serikat atau milik Rusia dan Prancis sangat dibutuhkan. Tempat-tempat peluncuran itu merupakan wilayah yang berdekatan dengan garis ekuator bumi atau garis khatulistiwa sehingga sangat masuk akal jika Indonesia juga punya. Para ilmuwan memilih wilayah di dekat ekuator sebagai tempat peluncuran roket karena bumi berotasi lebih cepat di area ekuator sehingga akan ada dorongan alami yang lebih besar. Ini jelas bisa menghemat anggaran untuk bahan bakar dan bisa menjadi pendorong tambahan. “Peluncuran dari wilayah Indonesia lebih cepat tiba ke orbit untuk membawa satelit sehingga menghemat bahan bakar hingga 15%,” ujar pendiri Pendiri Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (Aspeksindo) tersebut. Selain mempermudah dan bisa mengurangi biaya peluncuran satelit, tujuan jangka panjang dari kehadiran stasiun antariksa ini juga sangat jelas. Rapsel melihat bahwa kemajuan teknologi global akan sangat dibutuhkan di masa depan dan itu tidak mungkin bisa dilepaskan dari terobosan-terobosan seperti ini. “SDM handal di bidang teknologi satelit maupun antariksawan sudah harus diutamakan demi menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara terdepan di bidang teknologi aerospace,” tandasnya.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: