Produksi Garam Industri Terdampak Covid-19

Produksi Garam Industri Terdampak Covid-19

BREBES - Musim kemarau tahun ini yang cenderung pendek membuat petani garam di pesisir Kabupaten Brebes tak lagi melakukan produksi. Bahkan, dari 658 petani, hanya 15 persen saja yang melakukan produksi. Akibatnya, harga merangkak naik. Kenaikan harga dari yang sebelumnya Rp400 per kg menjadi Rp600 per kg membuat pabrik pengolahan garam industri di Kabupaten Brebes merasakan dampaknya. Sedangkan harga jual garam industri di pasaran tidak mengalami kenaikan. Terlebih saat pandemi Covid-19 seperti ini, di mana pabrik-pabrik besar yang membutuhkan garam mengurangi produksinya. Pemilik pabrik garam tradisional di Desa Pesantunan Kecamatan Wanasari Ponco Eko Prasetyo mengatakan, garam industri memang dibutuhkan pabrik untuk melakukan produksi. Misalnya pabrik tekstil untuk membantu pewarnaan kain. Selain itu, garam industri digunakan untuk kebutuhan farmasi, kosmetik, tekstil, dan sebagainya. "Banyak perusahaan yang mengurangi produksi, sehingga mengurangi permintaam garam industri. Sedangkan harganya tidak berubah, masih Rp1.500-an paling tinggi," ungkapnya seperti dikutip dari Radar Tegal (Fajar Indonesia Network Grup). Ponco menerangkan, untuk mencari bahan baku pembuatan garam industri saat ini cukup sulit. Pasalnya, banyak petani yang memilih menimbunnya di gudang sembari menunggu harganya kembali naik seiring memasuki musim hujan. Sementara petani lain yang masih produksi ialah petani garam yang menggunakan inovasi rumah garam prisma. "Banyak petani yang sengaja menimbun garam sembari menunggu harga naik. Sehingga, mencari bahan baku sangat sulit," tandasnya.

Salah satu petani garam asal Desa Cimohong Kecamatan Bulakamba Saeful (47) mengaku, terpaksa tidak lagi melakukan produksi karena sudah memasuki musim hujan. Bahkan, dirinya mengaku memilih menimbun hasil panen saat musim kemarau tahun ini. Saat ini harga garam di tingkat petani sudah mulai naik, yakni di kisaran Rp600 per kg. Ia pun menunggu harganya naik menjadi Rp800 per kg. "Saya memilih untuk menimbun, sembari menunggu harganya naik lagi. Apalagi, di tengah pandemi ini kita membutuhkan untuk biaya hidup," pungkasnya. (ded/ima)

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


admin

Tentang Penulis

Sumber: