JAKARTA- Eks Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono menjawab sindiran dari tokoh Papua Natalius Pigai di twitternya, pada Sabtu (2/1).
Seperti diketahui, Pigai menanyakan kapasitas Hendropriyono yang terus bersuara membubarkan Front Pembela Islam (FPI).
Hendropriyono mengatakan, sebagai seorang pejuang, tidak ada kata berhenti untuk mendukung negara dan membelanya dari rong-rongan radikalisme.
"Buat seorang pejuang tidak ada kata berhenti ananda Natalius Pigai. Jika negara dalam bahaya, kita harus membelanya. Harus tanpa hitung untung atau rugi dan muda atau tua," tutur Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara dan Sekolah Tinggi Hukum Militer ini dikutip akun twitternya, Sabtu (2/1).
Hendropriyono mengatakan, Sebagai pejabat dirinya dulu berjuang dengan kewenangannya. Sekarang dirinya sebagai rakyat biasa, berjuang dengan mulutnya.
"Dan kelak tak berdaya secara fisik, maka saya akan berjuang dengan do'a saya. Begitu bentuk tingkatan iman saya sebagai seorang muslim," kata Hendropriyono.
Dia melanjutkan, apa yang disampaikan hanya sebagai nasihat kepada Pigai agar dia tidak tersesat dan menyesal.
"Karena saya yakin kalau sekarang tidak mau mendengarnya kelak kamu akan sadar," katanya.
Hendropriyono mengatakan, dirinya mengenal Pigai sebagai seorang pemuda harapan bangsa yang patriotik, berani dan pandai. Dia membantah bahwa pernah menawari jabatan Wakil Ketua BIN kepada Pigai.
"Saya tanya kenapa kamu tidak jadi pejabat saja, agar semua bakat dan potensimu tersalur dan bermanfa'at. Bukan saya tawari jabatan di pemerintahan, karena saya tidak punya kewenangan apapun apalagi sebagai formatur," paparnya.
Hendropriyono mengatakan, Pigai adalah patriotik dan cerdas karena dia banyak mengkritik ide separatisme dengan mengatakan, bahwa seharusnya bercita-cita jadi Presiden RI daripada hanya sebagai Presiden Papua.
Hendropriyono melanjutkan, pertama kali mengenal Pigai, sewaktu Pigai masih menjabat sebagai komisioner Komnas HAM. Keduanya bertemu di restoran Kunskring di Jl Teuku Umar. Saat itu, Pigai menawarkan jasa untuk membelanya dalam kasus Talangsari. Tetapi Hendropriyono tidak menanggapi.
"Saya tidak menanggapi, karena saya merasa kasus tersebut sudah selesai secara hukum. Juga sudah selesai secara Islam melalui islah," katanya
Setelah sekian lama keduanya tidak bertemu, Hendropriyono kini menganggap Pigai telah berubah 180 derajat.
"Selain patriotisme dan kepandaianmu, moralmu juga sangat merosot. Sopan santun dan akal budimu lenyap, karena ditelan kekecewaan sebagai penganggur yang tak terakomodasi di tempat yang kamu inginkan," katanya.