News

Menilik Maraknya Kasus Bullying hingga Penganiayaan di Sekolah dan Pesantren

fin.co.id – Kasus bullying di lingkungan sekolah seolah tak ada habisnya.

Terbaru, siswi SMP Al Basyariah, Citayam, Bogor mengalami perundungan di kawasan Bojonggede, Kabupaten Bogor.

Selain itu, beberapa waktu terakhir juga terjadi kasus pembullyan dan penganiayaan di lingkungan pesantren oleh sesama santri hingga merenggut nyawa.

Semakin banyaknya kasus bullying ini menjadi salah satu tanda degradasi moral karakter bangsa.

Pengamat pendidikan Andreas Tambah menilai, hal ini menjadi fenomena yang memprihatinkan.

BACA JUGA:Kronologi Lengkap Penganiayaan Siswi SMP Al Basyariah Bogor

Terlebih, pendidikan karakter bukan hanya dilakukan di sekolah, tetapi lingkungan masyarakat.

"Saya yakin, dulu juga merasakan sebagai murid, guru, kepala sekolah, dosen, kita tidak kurang-kurang mendidik anak," tutur Andreas ketika dihubungi pada Sabtu, 18 Mei 2024.

Sayangnya, apa yang terjadi di masyarakat justru sebaliknya.

"Inilah yang harus kita pikirkan karena pendidikan karakter adalah sebuah contoh, sebuah panutan," lanjutnya.

Pegiat literasi tersebut menambahkan, belajar bukan hanya di sekolah, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat.

BACA JUGA:Asmara hingga Fitnah Jadi Motif Perundungan Siswi SMP Al Basyariah Bogor

Begitu pula dengan orang-orang yang menjadi panutan di luar sekolah.

"Tatkala di tengah-tengah masyarakat, tokoh agama, politik, masyarakat, berperilaku kurang baik, itu kan jadi sumber pendidikan atau contoh perilaku karakter yang membuat nilai-nilai itu luntur," katanya.

Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah dalam membentuk karakter warganya, khususnya melalui sekolah.

Menilik maraknya kasus bullying yang terjadi di lingkungan sekolah dari sisi kemanusiaan dan perilaku dalam beragama, Andreas Tambah menilai bahwa manusia beribadah hanya bersifat ritualitas.

Hal inilah yang menyebabkan masih banyaknya kasus bullying di lingkungan sekolah, termasuk pesantren.

"Jadi agama di Indonesia tumbuh subur, menawarkan surga-neraka, masing-masing berlomba menekankan iman dengan cara seperti itu," katanya.

Tapi, lanjut Andreas, nilai-nilai kebaikan agama itu sendiri kurang kuat ditekankan dan dipraktikkan dalam hidup sehari-hari.

Apabila nilai-nilai di dalam agama diterapkan dengan baik, seseorang akan menghormati, mengasihi, serta peduli dengan orang lain.

"Kalau tiga hal itu ada, kasus-kasus pembullyan itu tidak akan terjadi. Jadi nilai-nilai kebaikan, kemanusiaan, dan toleransi kurang ditekankan," lanjutnya.

Hal ini menyebabkan munculnya perilaku yang bertolak belakang dengan nilai kebaikan agama, karena yang diajarkan dan dilakukan hanya sebuah rutinitas.

"Kalau semua masyarakat sekolah itu menghargai nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, menghargai orang lain, dia akan menganggap bahwa semua murid adalah istimewa di mata Tuhan," tambahnya lagi.

- Dimas Rafi -

Admin
Penulis