Strategi Menyerang Menjadi Bumerang, Elektabilitas Prabowo-Gibran Melesat, Pilpres Satu Putaran Jadi Kenyataan?

Strategi Menyerang Menjadi Bumerang, Elektabilitas Prabowo-Gibran Melesat, Pilpres Satu Putaran Jadi Kenyataan?

Survei Terbaru Indonesia Polling Stations --

JAKARTA - Duet ofensif atau strategi menyerang secara koletif yang dilancarkan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo ternyata menjadi bumerang. Kedua capres itu semakin kehilangan simpati publik dan elektabilitas mereka pun kian merosot.

Sementara capres Prabowo Subianto yang menjadi “pesakitan” dalam Debat Capres 7 Januari 2024 lalu, justru kian mendulang empati publik. Elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran semakin melesat.

Ini setidaknya salah satu kesimpulan yang dapat ditarik dari survei terbaru Indonesia Polling Stations (IPS) yang dilakukan tanggal 7 s/d 14 Januari 2024 di 38 (tiga puluh delapan) provinsi yang ada di seluruh Indonesia.

Jumlah sampel survei IPS kali ini sebesar 1220 responden, diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara acak bertingkat (multistage random sampling). Margin of error +/- 2,8 persen, dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95 persen.

Sementara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara melalui telepon (telepolling) oleh tenaga terlatih dengan bantuan/pedoman kuesioner. Ketika IPS mengajukan pertanyaan kepada responden, jika saat ini dilaksanakan pemilihan presiden (Pilpres) paslon manakah yang akan dipilih dari tiga paslon presiden-wakil presiden yang ada saat ini.

Hasilnya, sebanyak 51,8% responden menjatuhkan pilihannya pada Prabowo-Gibran. Sedangkan Anies-Muhaimin hanya dipilih 21,3% responden, sementara Ganjar-Mahfud kian terbenam dengan elektabilitas 19,2% saja.

Warga yang belum bisa membuat keputusan (undecided) tinggal 7,7% saja. Ini artinya modal elektoral Anies-Muhaimin maupun Ganjar-Mahfud untuk mengejar elektabilitas Prabowo-Gibran sangat terbatas.

Rontoknya elektabilitas pasangan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud MD, menurut analisis IPS, memiliki korelasi dengan Debat Capres 7 Januari 2024 lalu. Pada debat saat itu, secara mengejutkan terjadi duet maut antara Anies dan Ganjar untuk menjalankan strategi serangan total terhadap capres Prabowo Subianto.

Hasilnya, duet ofensif kedua capres itu justru menjadi bumerang. Tingkat antipati publik terhadap keduanya semakin meningkat, sementara gelombang simpati publik terhadap Prabowo semakin menguat.

Ketika IPS melakukan survei pasca debat, terkonfirmasi dengan tegas bahwa elektabilitas Anies-Muhaimin cenderung menurun dan Ganjar-Mahfud semakin terbenam di posisi juru kunci. Pada saat yang sama, pasangan Prabowo-Gibran yang terus dihujani serangan dan kritik malah kebanjiran simpati publik luas.

Elektabilitas Prabowo-Gibran telah melewati ambang batas minimal untuk memenangkan Pilpres dalam satu putaran saja. Jika trend seperti ini terus berlanjut hingga 14 Februari 2024 nanti, dalam arti tidak ada gempa politik dengan magnitudo yang tinggi di Tanah Air, hampir pasti Prabowo-Gibran akan menuntaskan Pilpres 2024 hanya dalam satu putaran saja.

Pilpres Dua Putaran: Prabowo Gibran Tetap Menang Apabila karena sesuatu dan lain hal, Prabowo-Gibran tidak berhasil mencapai suara minimal 50% plus satu sehingga Pilpres 2024 harus berlangsung dua putaran, pasangan Prabowo-Gibran nampaknya tetap akan menjadi pemenang. Ketika IPS membuat simulasi head to head Prabowo-Gibran versus Anies[1]Muhaimin untuk mengantisipasi Pilpres berlangsung dua putaran, Prabowo[1]Gibran tetap menang telak.

Sebanyak 60,3% responden mengaku akan memilih Prabowo-Gibran dan hanya 31,7% yang mendukung Anies-Muhaimin, dan sisanya (8%) belum bisa memutuskan memilih paslon mana.

Kemudian ketika IPS membuat simulasi head to head untuk mengantisipasi kemungkinan pasangan Ganjar-Mahfud yang lolos ke putaran ke-2 menantang Prabowo-Gibran, ternyata hasilnya tidak jauh berbeda.

Prabowo-Gibran tetap menang telak dengan 59,4%, sementara Ganjar-Mahfud hanya dipilih oleh 34,2% responden dan sebanyak 6,4% masih undecided. Dengan demikian, Prabowo-Gibran tetap tak terbendung. Lalu, bagaimana jika pada putaran kedua pasangan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud berkoalisi untuk mengeroyok Prabowo-Gibran? Di tingkat elit, wacana koalisi itu bisa saja terjadi.

Tapi di level akar rumput, terbentuknya koalisi massa Anies dengan massa Ganjar merupakan senyawa politik yang hampir mustahil. Massa Anies dan massa Ganjar mewakili dua spektrum ideologis yang sangat sulit bersenyawa, bahkan pada Pilpres 2019 mereka bertempur mewakili dua bendera yang berbeda, kampret dan cebong.

Berdasarkan hasil analisis IPS, jika Ganjar-Mahfud gagal tembus ke putaran kedua maka massanya cenderung menjatuhkan pilihannya pada Prabowo[1]Gibran. Begitu pula jika Anies-Muhaimin yang kandas, massanya yang merepresentasikan politik Islam di Indonesia itu juga lebih nyaman bergabung bersama Prabowo-Gibran.

Secara demikian, apakah satu putaran atau dua putaran, kemenangan Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024 ini nampaknya sulit terbendung. Giliran Partai Gerindra Menjadi Pemenang Pileg? Mengenai pilihan terhadap partai politik, survei IPS kali ini menemukan fakta bahwa dominasi PDI Perjuangan nampaknya benar-benar akan berakhir pada Pemilu 2024 ini.

Partai Gerindra yang baru menjadi peserta Pemilu sejak 2009 menunggu giliran menjadi pemenang Pemilu 2024 sekaligus menjadi the rulling party hingga 2029. Hasil survei IPS menegaskan bahwa seandainya Pemilu dilaksanakan saat ini maka sebanyak 22,1% responden menyatakan dukungannya pada Partai Gerindra.

PDI Perjuangan yang bertekad membuat hattrick pada Pemilu 2024 ini, harus puas berada di posisi kedua dengan elektabilitas 18,8%. Partai Golkar yang selalu menjadi pemenang dalam sejarah pemilu Orde Baru, kali ini harus bersyukur minimal masih bertahan di posisi ketiga dengan elektabilitas 9,8%. Kemudian posisi berikutnya adalah Partai Demokrat (9,4%), Partai Nasdem (8,5%), PKB (7,8%), PKS (6,7%), dan PAN (3,8%). Partai-partai itu pula yang berpeluang besar bisa bertahan di Senayan.

Sementara itu PSI dengan elektabilitas 3,5%, Partai Perindo (3,3%) dan PPP (3,3%) sama-sama masih memiliki kesempatan untuk menembus Senayan. Namun jika Partai Gerindra memperoleh suara di atas 22% dan PDI Perjuangan bisa bertahan di perolehan 20% suara, peluang PSI, Partai Perindo dan PPP untuk bergabung ke Senayan nampaknya sangat berat.

Elektabilitas Partai Politik jika saat Ini Pemilu

Partai Gerindra 22,1%

PDI Perjuangan 18,8%

Partai Golkar 9,8%

Partai Demokrat 9.4%

Partai NasDem 8,5%

PKB 7,8%

PKS 6,7%

PAN 3,8%

PSI 3,5%

PPP 3,3%

Partai Perindo 3,3%

Partai-Partai Lainnya

1,4% Tidak Tahu/Undecided 1,1%

 

Elektabilitas Paslon jika Pemilu saat Ini

Prabowo Subianto 51,8%

Anies Baswedan 21,3%

Ganjar Pranowo 19,2%

Tidak Tahu/Undecided 7,7%

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Makruf

Tentang Penulis

Sumber: