Tahun 2023, PLN Kebut Pengembangan EBT dari Hulu ke Hilir Hingga Green Hydrogen

Tahun 2023, PLN Kebut Pengembangan EBT dari Hulu ke Hilir Hingga Green Hydrogen

PT PLN (Persero) terus mengakselerasi pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk mendukung agenda transisi energi di Indonesia--

Di sisi lain, dalam upaya mendukung pengembangan alternatif energi hijau lainnya, PLN menjadi pionir pengembangan rantai pasok green hydrogen sebagai alternatif bahan bakar kendaraan di Indonesia. PLN pun telah meresmikan 21 unit Green Hydrogen Plant (GHP) pada 20 November 2023 yang mampu memproduksi sampai dengan 199 ton hidrogen per tahun.

Ke-21 lokasi GHP PLN tersebut berada di; pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Pangkalan Susu, PLTU Suralaya 8, PLTU Suralaya 1-7, PLTU Labuan, PLTU Lontar, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Indramayu, PLTU Tanjung Jati B, PLTU Rembang, PLTU Tanjung Awar-Awar, PLTU Paiton, PLTU Grati, PLTU Pacitan, PLTU Adipala, pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Muara Karang, PLTGU Cilegon, PLTGU Tanjung Priok, PLTGU Muara Tawar, PLTGU Tambak Lorok, PLTGU Gresik, dan pembangkit tenaga gas (PLTG) Pemaron.

“Lewat GHP ini, kami membangun bagaimana transisi sektor transportasi ke low carbon berjalan dengan baik. Tentu saja kalau kita berbicara transportasi, terdapat dua opsi. Yang pertama mobil listrik berbasis pada baterai yang sudah kami bangun ekosistemnya. Kedua kendaraan berbasis pada hidrogen. Ini perlu ada rantai pasok yang khusus, ini perlu ada green hydrogen yang telah kami sediakan melalui GHP ini,” tutur Darmawan.

Ke depannya PLN akan menjalankan skenario Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang akan menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 75% dan pembangkit berbasis gas sebesar 25% hingga 2040.

Dengan skenario ini, diharapkan Indonesia bisa mencapai target net zero emissions (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat. Skema ARED ini juga dipaparkan pada forum global United Nations Climate Change Conference (COP28) di Dubai, UEA yang diselenggarakan pada 30 November – 13 Desember 2023. Hal ini dilakukan untuk menjalin kolaborasi internasional. Kolaborasi ini penting, mengingat transisi energi di Tanah Air masih menghadapi banyak tantangan.

"Kami tidak bisa menjalankan semuanya dalam suasana kesendirian. Satu-satunya cara untuk terus maju adalah melalui kolaborasi. Kita berbicara tentang kolaborasi dari sisi kebijakan, inovasi teknologi, investasi sehingga seluruh dunia bersama menuju satu tujuan, menyelamatkan bumi," pungkas Darmawan.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Sahroni

Tentang Penulis

Sumber: