Paten Pasila

Paten Pasila

--

Oleh: Dahlan Iskan

"Jangan lagi hanya berorientasi ke Corpus. Kita malu dengan sopir taksi".

Maksudnya: doktor dan guru besar jangan hanya berlomba bikin karya tulis untuk dipublikasikan di jurnal. Bikinlah karya nyata. Sekecil apa pun. Lebih tegasnya lagi: kejarlah paten. Jangan kejar jurnal.

Yang mengatakan itu tamu saya Sabtu lalu. Ia sendiri sudah punya lebih dari 40 paten. "Paten itu tidak harus laku. Tidak harus langsung bisa dilaksanakan. Paten itu aset. Seperti punya tanah. Lama-lama sangat berharga," katanya.

Namanya: Felix Pasila. Lulusan elektro ITS (Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya). Masternya di Jerman. Di bidang automation. Doktornya di Bologna, Italia. Di bidang artificial intelligence (AI).

Menjelang mendapat gelar doktor Felix kembali ke Indonesia. Tahun 2013. Dari  bandara Juanda ia naik taksi. Di perjalanan ia ngobrol dengan sopir.

"Apakah penghasilan dari taksi cukup untuk hidup?"

“Saya punya pekerjaan sampingan".

"Apa?"

“Servis kipas angin".

"Bapak lulusan apa?"

“Hanya sampai kelas 5 SD".

"Dari mana mendapat ilmu sampai bisa memperbaiki kipas angin?"

"Belajar dari YouTube. Sambil menunggu penumpang saya belajar itu".

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber:

Berita Terkait

Inisial B

1 hari

Jaga Hati

1 minggu

Politik Hati

1 minggu

Emas Bodoh

1 minggu

Nilai Wong

1 minggu

Nilai Nol

2 minggu