Penyebab Kasus Perundungan atau Bullying Anak, Ternyata karena Orang Tua Fasilitasi dengan Handphone

Penyebab Kasus Perundungan atau Bullying Anak, Ternyata karena Orang Tua Fasilitasi dengan Handphone

Ilustrasi anak-anak di kawasan 3T.-Kemensos-

JAKARTA, FIN.CO.ID - Kasus perundungan (bullying) anak hingga berujung kematian seperti yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Baratjadi sorotan.

Sosiolog Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta Dr Mukhijab menilai, munculnya perundungan atau bullying terhadap anak akibat akses anak terhadap media sosial yang tidak terbatas.

(BACA JUGA:Polri Semprot Pengacara Soal Luka di Tubuh Brigadir J: Jangan Spekulasi, Nanti Ahli yang Jelaskan)

"Banyak anak yang sekarang bebas mengakses informasi apapun di media sosial yang kemudian mereproduksi perilaku sesuai yang mereka lihat," kata Mukhijab saat dihubungi di Yogyakarta, Sabtu, 23 Juli 2022.

Menurut dia, belakangan para orang tua justru memfasilitasi anak-anak mereka dengan handphone (telepon pintar) atau gawai tanpa melakukan kontrol atau pembatasan.

Padahal, kata Mukhijab, anak-anak memiliki kecenderungan mereproduksi apapun yang mereka dapatkan di media sosial, termasuk beragam informasi negatif seperti kekerasan hingga pornografi.

"Ada semacam reproduksi perilaku oleh anak-anak atau remaja dari apa yang mereka lihat entah di Youtube, atau medsos lainnya. Mereka ingin melihat secara riil bahwa itu bisa dilakukan juga di dunia nyata," kata dia.

(BACA JUGA:Viral, Elsanita628 Ngaku Istri Jokowi dan 'Ludahi' Ibu Negara: Makanya Bapak Presiden Klepek-Klepek Sama Aku )

Menurut dia, fenomena perundungan atau 'bullying' sudah ada sejak lama, namun menjadi semakin parah seiring kemunculan media sosial yang dapat diakses anak-anak tanpa adanya pembatasan.

Rasa empati terhadap sesama, sopan santun atau budi pekerti, serta aspek moral yang seharusnya tertanam pada diri anak, kata dia, menjadi tercerabut ketika asupan yang mereka terima lebih banyak bersumber dari medsos.

"Mereka boleh mengakses apa saja. Di sini problem karena anak belum bisa membedakan mana konten yang layak, dan tidak layak sesuai umurnya," kata dia.

Masyarakat termasuk generasi muda, dan anak-anak di Indonesia, kata dia, rata-rata mengakses medsos melalui gawai 8 jam dalam sehari.

(BACA JUGA:Mantan Kabareskrim: Mabes Polri Sudah Tahu Kasus Brigadir J Mengarah ke Siapa)

"Karena lebih banyak bersinggungan dengan telepon pintar dan mengaksesnya maka yang dominan ya pengaruh dari telepon pintar itu," ucap dia.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Khanif Lutfi

Tentang Penulis

Sumber: