Hujan Lebat Sejak Sabtu, Cina Diterjang Banjir Bandan, Ribuan Warga Dievakuasi

Hujan Lebat Sejak Sabtu, Cina Diterjang Banjir Bandan, Ribuan Warga Dievakuasi

Ilustrasi Banjir. (AFP/STR)--

BEIJING, FIN.CO.ID- Hujan lebat sejak Sabtu 16 Juli 2022 hingga Minggu, menyebabkan banjir bandan di barat daya dan barat laut Cina pada Minggu 17 Juli. Media lokal melaporkan, bencana ini menewaskan 6 orang dan 12 warga lainnya hilang.

Dilaporkan oleh kantor berita milik negara CGTN, seperti dilansir dari Washingtonpost, di Kota Longnan Provinsi Barat Laut Gansu, 3000 warga dievakuasi.

Curah hujan sejak Sabtu dilaporkan adalah sebanyak 98,9 milimeter (3,9 inci) di daerah yang terkena dampak terburuk. 

Hujan turun di tengah gelombang panas di beberapa bagian negara itu termasuk provinsi Zhejiang timur dan kota Shanghai, dengan suhu melonjak hingga 42 derajat Celcius (107 Fahrenheit) pekan lalu.

(BACA JUGA:Waspada! Kajian BNPB Sebut 18 Kecamatan di Jakarta Rawan Banjir)

Para ahli mengatakan peristiwa cuaca ekstrem seperti itu menjadi lebih mungkin karena perubahan iklim. 

Udara yang lebih hangat dapat menyimpan lebih banyak air, yang menyebabkan semburan awan yang lebih besar saat dilepaskan ke bumi.

Direktur Departemen Pencegahan Bencana Banjir dan Kekeringan di China, Kementerian Sumber Daya Air, dalam sebuah wawancara dengan Xinhua News Agency mengatakan, cuaca ekstrim ini kemungkinan akan berlanjut hingga Agustus, menurut sebuah pejabat pemerintah.

"Diprediksi dari Juli hingga Agustus, akan ada lebih banyak kejadian cuaca ekstrem di China, dan kondisi banjir dan kekeringan regional akan lebih parah dari biasanya," kata Yao Wenguang, dikutip Reuters.

(BACA JUGA:Sejumlah Wilayah Hujan di Musim Kemarau, BMKG: Penyebabnya Fenomena La Nina dan Dipole Mode)

"Dari akhir Mei hingga pertengahan Juni, ada tujuh proses hujan lebat berturut-turut di Pearl River Basin, dengan wilayah hujan yang relatif terkonsentrasi dan tumpang tindih, intensitas hujan lebat, dan curah hujan kumulatif yang lebat," kata Yao Wenguang.

Banjir Cina ini setidaknya menambah kesengsaraan ekonomi negara yang sebagian disebabkan oleh langkah-langkah ketat akibat COVID yang membatasi perjalanan dan mengganggu rantai pasokan.

China bukan satu-satunya negara yang mengalami cuaca ekstrem musim panas ini. Di Jerman, tingkat air yang rendah di Rhine karena kekeringan telah mengganggu rantai pasokan komoditas ke negara itu. 

Gelombang panas juga melanda bagian selatan AS, dengan suhu diperkirakan akan melonjak lebih dari 38 C (100 F) dalam beberapa hari mendatang.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Afdal Namakule

Tentang Penulis

Sumber: