Harga Minyak di Perdagangan Asia Turun Tertekan Kekhawatiran Resesi

Harga Minyak di Perdagangan Asia Turun Tertekan Kekhawatiran Resesi

Ilustrasi pengeboran minyak lepas pantai--Pertamina

JAKARTA, FIN.CO.ID - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Jumat, 1 Juli 2022 sore, memperpanjang penurunan hari sebelumnya.

Hal ini, karena kekhawatiran resesi yang berkepanjangan membebani sentimen, menempatkan kontrak acuan di jalur untuk kerugian mingguan ketiga berturut-turut.

(BACA JUGA:Kondisi Terkini Aksi 107 Bela Nabi Tolak Holywings, Plt Wali Kota Bekasi Akhirnya Temui Pendemo)

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September tergelincir 43 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 108,60 dolar AS per barel pada pukul 06.53 GMT, menyerahkan kenaikan awal lebih dari satu dolar AS.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun 60 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 105,16 dolar AS per barel, juga menyerahkan kenaikan awal hampir satu dolar AS. Kedua kontrak turun sekitar 3,0 persen pada Kamis (30/6/2022).

"Di awal sesi, pasar mengambil jeda dari aksi jual Kamis (30/6/2022) karena OPEC+ tidak memberikan kejutan, mengatakan akan tetap pada rencana kenaikan produksi minyak pada Agustus," kata Tsuyoshi Ueno, ekonom senior di NLI Research Institute.

"Tetapi ketidakpastian atas kebijakan OPEC+ pada dan setelah September serta kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve akan menyebabkan resesi AS dan menghambat permintaan bahan bakar mengurangi sentimen," katanya.

(BACA JUGA:Berawal dari 0,25 Gram Sabu, Sindikat Internasional Peredaran Narkotika Dibongkar, Begini Ceritanya)

Pada Kamis (30/6/2022), kelompok produsen OPEC+, termasuk Rusia, setuju untuk tetap pada strategi produksinya setelah dua hari pertemuan mereka. Namun, klub produser itu menghindari membahas kebijakan mulai September dan seterusnya.

Sebelumnya, OPEC+ memutuskan untuk meningkatkan produksi setiap bulan sebesar 648.000 barel per hari (bph) pada Juli dan Agustus, naik dari rencana sebelumnya untuk menambah 432.000 barel per hari per bulan.

Presiden AS Joe Biden akan melakukan perjalanan tiga kali ke Timur Tengah pada pertengahan Juli yang mencakup kunjungan ke Arab Saudi, mendorong kebijakan energi menjadi sorotan ketika Amerika Serikat dan negara-negara lain menghadapi kenaikan harga bahan bakar yang mendorong inflasi.

Biden mengatakan pada Kamis (30/6/2022) bahwa dia tidak akan secara langsung menekan Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyak guna menahan lonjakan harga ketika dia bertemu raja dan putra mahkota Saudi selama kunjungan bulan ini.

(BACA JUGA:Dengar Tjahjo Kumolo Meninggal, Sri Mulyani Tulis Kalimat Duka, Ini Isinya)

"Semua mata tertuju pada apakah Arab Saudi atau produsen minyak Timur Tengah lainnya akan meningkatkan produksi untuk menanggapi permintaan AS," kata Ueno dari NLI.

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News


Khanif Lutfi

Tentang Penulis

Sumber: