Masuk dari Lawang Kliningan, kami berdua langsung disambut dengan cafe yang bersebelahan langsung dengan bangunan utama Kraton Kacirebonan.
Pawon Bogana memang jadi warna baru Kota Cirebon, karena kembali menghadirkan suasana berbeda untuk menyantap kuliner khas Cirebon.
Sore itu teh poci dan lemon hangat menjadi minuman pilihan, ditemani roti bakar coklat susu yang jadi camilan pembuka sebelum santapan utama.

Teh poci dan lemon panas di Pawon Bogana (Tuahta Aldo / fin.co.id)
Pengunjung yang datang sore itu belum banyak, hanya sekitar tiga meja saja terisi dan didominasi keluarga yang asyik berfoto ria dengan latar belakang kraton.
Setelah lama ngobrol dan bersantai sore menikmati cuaca cerah, kami memutuskan berkeliling ke setiap sudut Kraton Kacirebonan yang sangat gagah.
Sambil menanti makanan utama, kami berkeliling melihat sejumlah peninggalan sejarah dan perlengkapan tradisional yang ada di dalam kraton.
Terdapat museum tempat menyimpan benda bersejarah seperti naskah kuno, baju kebesaran, gamelan, wayang, perhiasan dan perabotan lainnya.
Di salah satu ruangan Keraton Kacirebonan, terdapat koleksi tombak yang berdiri tegak. Gagangnya terbuat dari kayu, sementara bilahnya terbungkus kain putih.

Museum Kraton Kacirebonan (Tuahta Aldo / fin.co.id)
Tidak terasa kami berkeliling, sepiring nasi bogana telah dihidangkan di meja nomor 14, tempat di mana kami sebelumnya duduk menikmati makanan pembuka.
Kabarnya nasi bogana dahulu adalah makanan raja atau makanan para Sultan, yang dimana resepnya turun temurun hingga saat ini.
Hari makin sore ketika kami berdua menyantap nasi bogana. Suasana Kraton Kacirebonan sudah berbeda jika dibandingkan dengan sore hari.