Catatan Dahlan Iskan . 07/11/2025, 06:00 WIB
Masih banyak usaha lain Pak The. Hampir di seluruh keperluan hidup manusia. Pak The pernah disebut sebagai salah satu dari 25 orang terkaya Indonesia.
Saya dengar Pak The menanamkan modal sampai Rp2 triliun di GWK. Pakai uang Alam Sutera. Itu sangat besar. Tidak main-main. Sampai pun para pemegang saham publik mempertanyakannya. Alam Sutera memang sudah IPO sejak lama.
Pembangunan kembali GWK itu akhirnya juga membawa berkah bagi seniman besar Bali: I.Nyoman Nuarta. Ia pematung kelas dunia. Mangkraknya GWK sangat menyiksa batinnya. Nyomanlah yang mengerjakan patung Garuda Wisnu Kencana itu. Patung raksasa.
Anda sudah tahu: patung itu tingginya 121 meter --termasuk pondasinya yang 46 meter. Itu jauh lebih tinggi dari patung Liberty di New York yang 93 meter --sudah termasuk pondasinya.
Sebenarnya proyek GWK sempat macet di tengah jalan. Ada permintaan Nyoman yang sulit dipenuhi Pak The. Tapi Bali segera jadi tuan rumah sidang IMF sedunia. Menko Luhut Panjaitan pun memanggil Nyoman dan pihak Pak The. Beres.
Dengan masuknya Pak The, Nyoman seperti hidup lagi --dalam pengertian yang sebenarnya. Selama proyek itu macet Nyoman terkena penyakit yang membahayakan: hepatitis C. Hebatnya Nyoman punya semangat sembuh yang luar biasa. Ia pelajari semua aspek hepatitis C. Akhirnya ia menemukan obatnya.
Obat itu obat baru. Belum resmi diakui oleh FDA-nya Amerika. Tapi sudah bisa dicoba. Harganya mahal sekali: Rp1 miliar --mungkin sekarang setara dengan Rp2 miliar. Nyoman berhasil membelinya. Ia sembuh total. Sehat sekali.
Kapan itu saya bertemu Nyoman di Bandung --tempat tinggalnya sekarang. Saya sepakat untuk datang ke rumahnya --tepatnya ke galerinya. Ketika menuju rumahnya itu hujan lebat tak kunjung reda. Jalan pun macet total. Akhirnya waktu pun berlalu.
Masih ada berkah lain: Nyoman memenangkan proyek yang jauh lebih besar: Istana Negara di Ibu kota Nusantara, IKN.
Nyoman, yang saat sakit hanya punya cita-cita tertinggi agar GWK terwujud sebagai karya akhir dalam hidupnya, ternyata bikin sejarah besar yang lain lagi di IKN. Boleh dikata GWK dan Istana Negara adalah Karya Nyoman Nuarta di hidup barunya.
Sebelum Covid yang lalu Pak The sakit. Setelah agak reda ia dibawa ke Singapura. Selama pandemi Covid pun Pak The tinggal di Singapura. Di sana kesehatannya on-off. Tanggal 2 November lalu Pak The meninggal dunia di sana. Di usia 94 tahun.
Pak The bukan pengusaha yang tiba-tiba besar. Usia 12 tahun ia sudah bekerja di tempat kelahirannya: Seorang, Bandung. Jualan kain. Malam hari. Pakai lampu penerangan petromax. Umur 14 tahun ia merantau ke Jakarta: ikut Omnya. Juga jualan kain.
Saya sendiri baru sekali ke GWK --itu pun ketika belum sepenuhnya jadi. Sepanjang kunjungan itu selalu terbayang wajah Pak The di sana. Di patungnya. Terutama di tebing-tebing labirinnya. (Dahlan Iskan)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com