Potensi Ekonomi Jamu Tradisional
Selain manfaat kesehatan, jamu tradisional juga memiliki nilai ekonomi yang besar. Kementerian Perindustrian mencatat, ekspor jamu dan obat herbal Indonesia mencapai 1,5 triliun rupiah pada 2020 dengan pertumbuhan rata-rata 5% per tahun.
Menurut Dr. Irfan Syarief, ekonom kesehatan dari Universitas Indonesia, “Pengembangan industri jamu dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal, sekaligus mempromosikan gaya hidup sehat yang berkelanjutan.”
Menjaga Warisan, Menatap Masa Depan
Meskipun menjanjikan, pengembangan jamu tetap memerlukan sikap kritis. Dr. Lestari Handayani, antropolog kesehatan dari Universitas Airlangga, mengingatkan, “Kita harus menghargai kearifan lokal yang terkandung dalam praktik jamu, sambil tetap kritis terhadap klaimnya dan terbuka terhadap validasi ilmiah.”
Ia juga menekankan pentingnya melibatkan masyarakat lokal dalam penelitian agar manfaat modernisasi jamu dapat dirasakan oleh semua pihak, termasuk para peracik jamu tradisional seperti Ibu Siti.
Harmoni Tradisi dan Ilmu Pengetahuan
Perjalanan jamu tradisional dari sekadar warisan budaya hingga menjadi bagian dari diskursus kesehatan global adalah gambaran evolusi cara manusia memahami kesejahteraan.
Dr. Andika Pramono dari Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB menyimpulkan, “Jamu menawarkan wawasan berharga tentang bagaimana kita dapat menyelaraskan kearifan tradisional dengan kemajuan ilmu pengetahuan modern untuk menciptakan pendekatan kesehatan yang lebih holistik dan berkelanjutan.”
Dengan riset yang berkelanjutan dan dukungan kebijakan yang tepat, jamu Indonesia berpeluang besar tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memberi kontribusi nyata bagi kesehatan global di masa depan.