fin.co.id - Ketegangan di Jalur Gaza kembali menyita perhatian dunia internasional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap bahwa dua staf mereka ditahan oleh militer Israel saat berada di kediaman masing-masing di wilayah konflik tersebut.
"Militer Israel memasuki lokasi, memaksa perempuan dan anak-anak untuk mengungsi dengan berjalan kaki menuju Al-Mawasi di tengah konflik yang sedang berlangsung. Staf pria dan anggota keluarga diborgol, ditelanjangi, diinterogasi di tempat, dan diperiksa dengan todongan senjata. Dua staf WHO dan dua anggota keluarga ditahan. Tiga orang kemudian dibebaskan, sementara satu anggota staf masih ditahan," tulis WHO melalui akun resmi mereka di platform X.
Insiden ini disebut sangat memukul operasional WHO di wilayah Gaza, yang sebelumnya telah terbebani oleh situasi kemanusiaan yang kian memburuk. Dalam keterangannya, WHO menyebut bahwa berbagai perintah evakuasi terbaru turut berdampak pada fasilitas-fasilitas mereka.
"Sebagai badan kesehatan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kehadiran operasional WHO di Gaza kini terganggu, melumpuhkan upaya untuk mempertahankan sistem kesehatan yang runtuh dan semakin mempersulit upaya bertahan hidup bagi lebih dari dua juta orang," tegas organisasi tersebut.
Sementara itu, desakan untuk menghentikan kekerasan di Gaza juga kembali mencuat di tingkat internasional. Pada awal pekan ini, sebanyak 25 menteri luar negeri dari berbagai negara, yang mayoritas berasal dari Eropa, menyatakan sikap bersama. Mereka menyerukan penghentian segera konflik bersenjata serta mendesak agar pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza dapat dipulihkan sepenuhnya.
Situasi di Gaza masih berada dalam kondisi genting. Ketegangan antara kepentingan militer dan upaya kemanusiaan terus menjadi tantangan yang belum menemui solusi jangka panjang. Di tengah krisis tersebut, organisasi internasional seperti WHO terus menekankan pentingnya akses aman dan tidak terganggu demi menyelamatkan nyawa warga sipil yang terdampak.
Sumber: Sputnik