Catatan Dahlan Iskan . 22/04/2025, 05:15 WIB

Matahari Kembar

Penulis : Afdal Namakule
Editor : Afdal Namakule

Oleh: Dahlan Iskan

Terlambat? Mungkin. Tapi akhirnya toh ada orang yang tampil meredakan panasnya matahari kembar.

Orang itu Anda sudah tahu: Ahmad Muzani, ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Ia tampil dalam kapasitas sebagai sekretaris jenderal Partai Gerindra –partainya Presiden Prabowo Subianto. Ia sekjen yang sangat dipercaya Prabowo –sejak lama sekali.

Inilah kata Muzani dua hari lalu: Presiden Prabowo happy-happy saja sebagian menterinya bertemu dengan mantan Presiden Jokowi di Solo. Tidak ada masalah. Prabowo, kata Muzani, justru memuji silaturahmi tersebut sebagai pelestarian tradisi berlebaran.

Sudah lama saya ingin ada ordal yang tampil seperti itu. Ngomong seperti itu. Boleh beneran, pun boleh bila hanya pura-pura.

Rupanya jalur partai yang dipakai untuk menjelaskan isu itu. Bukan jalur kepresidenan. Pakai Muzani. Bukan Hasan Nasbi. Mungkin kepala komunikasi resmi presiden itu masih pusing setelah ''makan'' gule kepala babi yang dimasaknya sendiri untuk TEMPO.

Awalnya saya mengira Sufmi Dasco Ahmad yang segera tampil. Ia wakil ketua DPR. Juga wakil ketua umum Partai Gerindra. Ia belakangan sudah dikenal sebagai ''buldoser'' politiknya pemerintahan sekarang. Ia yang membuat semua kekuatan politik takut dibilang sebagai penghambat legislasi. RUU apa pun bisa disahkan dengan kilat di DPR berkat kebuldoserannya.

Ternyata tumben. Dasco tidak segera tampil di soal isu matahari kembar. Sampai pun isu itu menjadi sangat liar di medsos. Sampai asap sudah telanjur menyebar jauh.

Ketika Muzani menyampaikan penjelasan itu kelihatannya hanya untuk konteks ''silaturahmi lebaran''. Alasan lebaran sangat tepat untuk bertemu siapa pun. Termasuk bertemu Jokowi. Lebaran bisa jadi momentum mencairkan kebekuan apa pun, termasuk hubungan panas-dingin antar lawan politik.

Sebenarnya matahari kita itu kembar tiga. Atau empat. Silaturahmi dengan Jokowi itu jadi lebih dalam dari sekadar lebaran karena satu hal. Yakni Prabowo baru saja bertemu matahari ketiga: Megawati Soekarnoputri. Masalahnya bukan antara matahari 1 dan matahari 2. Tapi ada masalah besar antara matahari 2 dan matahari 3.

Politikus Golkar Idrus Marham tidak setuju dengan istilah matahari-matahari itu. Matahari terlalu terang. Politik itu remang-remang.

Ternyata tidak sesederhana lebaran. Sehari setelah ada penjelasan Muzani itu para perwira menengah polisi bersilaturahmi ke kediaman Jokowi di Solo. Mereka pakai pakaian dinas. Resmi. Tentu tidak dalam rangka lebaran.

Para perwira itu ternyata peserta pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah (Sespimmen) Polri. Mungkin mereka harus bertemu banyak narasumber di bidang kepemimpinan. Mereka calon pemimpin. Calon bintang satu. Salah satu yang mereka pilih Jokowi.

Bahwa mengapa mereka memilih Jokowi tentu urusan mereka. Mungkin tidak sampai mempertimbangkan apakah yang seperti itu sensitif atau tidak. Dan Muzani tidak dalam kapasitas untuk ngomong lagi. Apalagi itu sudah jauh dari politik.

Tidak ada aturan boleh atau tidak boleh. Mungkin lebih ke bijaksana atau tidak bijaksana. Kita belum bisa menilai. Kita tidak tahu apa yang diinginkan dari Jokowi. Apa pula yang dikemukakannya.

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com