Oleh : Eykel Lasflorest
jurnalis media online dan penikmat sastra, sarjana hukum dari Universitas Pamulang
Karya sastra Indonesia kini semakin mengokohkan eksistensinya di dunia musik klasik sebagai sumber inspirasi serta bahan penelitian artistik yang tiada habisnya.
Skotlandia pun tidak ketinggalan
Zoe Hong Yee Huay, seorang mezzo-soprano Malaysia yang akan menyelesaikan kuliah Master of Music di Royal Conservatoire of Scotland (RCS), Glasgow akan mempersembahkan resital tembang puitik atau art song untuk gelar S2-nya tanggal 20 Maret mendatang.
Resital Zoe Hong yang akan diadakan di Ledger Recital Room di RCS mulai pukul 15.30 sore terbuka dan gratis untuk umum, sebagai program pendidikan dan pemahaman kebudayaan dunia bagi para mahasiswa RCS.
Siapapun bisa hadir tanpa reservasi, hanya membawa kartu identitas untuk keamanan memasuki kompleks konservatorium yang beralamat di 100 Renfrew Street.
Baca Juga
Bahan penelitian untuk tesisnya adalah tentang perkembangan genre tembang puitik di Asia Tenggara.
Salah satu komponis objek penelitiannya adalah Ananda Sukarlan, salah satu tokoh Tembang Puitik paling terkemuka di Asia.
Ananda Sukarlan diakui dunia telah memapankan hubungan sastra Indonesia dengan teknik musik klasik "Barat" dan membuktikan bahwa bahasa Indonesia memiliki "roh" yang dapat melahirkan karakter musik klasik yang unik dan berbeda dengan tembang puitik yang telah tercipta dari bahasa Jerman, Inggris dan lain-lain oleh komponis seperti Franz Schubert, Sir Michael Tippett atau Aaron Copland.
Untuk konsernya yang juga merupakan ujian akhirnya, Zoe Hong membawakan tembang puitik sebagai berikut:
- Kundiman Ng Luha - Nicanor Abelardo (komponis Filipina 1893 - 1934)
- Soto Ibu - Ananda Sukarlan (dari puisi Setiyo Bardono)
- Meditasi Batu - Ananda Sukarlan (dari puisi Pulo Lasman Simanjuntak)
- When we two parted - Wong Chee Yean
- Kehilangan - Wong Chee Wei
Kedua komponis terakhir adalah dari Malaysia, negara kelahiran Zoe Hong Yee Huay.
Zoe Hong meneliti belasan tembang puitik Ananda sebelum akhirnya memutuskan memilih dua judul tersebut untuk konsernya.
Ia mengenal berbagai tembang puitik Ananda sebelumnya, tapi baru menghubungi Ananda setelah diperkenalkan oleh seorang rekannya, soprano Rachel Wong Yong En dari Singapura yang beberapa tahun lalu juga menggunakan musik Ananda Sukarlan untuk riset kelulusannya di Yong Siew Toh National University of Singapore dan mempagelarkan karya-karya Ananda (dapat disimak antara lain "Sonian Menjelang Senja" karya Farick Ziat https://youtu.be/9jShYeJ9KyI?si=cIgQtwznN1keRXbn )
"Saya memilih 'Soto Ibu' karena mengandung dua unsur yang sangat penting dalam budaya Asia Tenggara, yaitu keluarga dan makanan. Sedangkan 'Meditasi Batu', saya suka simbolisme yang ada di dalamnya, seperti penggambaran kedalaman laut di tangan kiri sang pianis. Dua lagu ini juga kontras secara karakter", demikian jelas Zoe Hong Yee Huay.