fin.co.id - Sosok Febrini, Wakil Kepala SMAN 1 Menpawah menjadi perbincangan publik setelah kelalaiannya membuat 113 siswa tidak mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025.
Febrini dituding lalai mengirim Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Sehingga ratusan siswa SMAN 1 Mmempawah tak bisa ikut SNBP.
Sosoknya pun disoroti oleh netizen karena disebut sering bermain TikTok. Ia memiliki akun TikTok (febrinihubiy3.
Pada akun TikToknya yang kini sudah hilang itu, Febrini sering mengunggah videonya bernyanyi di dalam ruangan yang mirip seperti di lingkuhan sekolah.
Terlihat ada seorang guru wanita yang duduk di samping Febrini yang sedang membereskan mejanya.
Sementara Febrini asyik bernyanyi dengan suara merdunya. Akan tetapi akun TikToknya tersebut sudah hilang.
Pada akun TikToknya yang lain, Febrini juga kerap membuat video. Ada juga video yang ia buat sambil mengenakan baju ASN berwarna cokelat. Ia juga sering memposting video bersama dua anaknya yang masih kecil.
Baca Juga
Sementara itu pada video yang viral di medsos, Febrini meminta maaf kepada seluruh pelajar dan orangtua murid. Ia terlihat berdiri di depan para siswa dan orangtua sambil berpegangan tangan dengan pengajar wanita lainnya.
"Secara pribadi saya meminta maaf kepada para siswa, dan saya mengaku bersalah atas kelalaian saya," kata Febrini dikutip dari video yang beredar.
Pihak sekolah kemudian memberikan dua solusi untuk siswa yang tidak bisa ikut SNBP. Solusi pertama memberikan bimbel gratis selama 3 bulan dan kemudian pihaknya akan berangkat ke Jakarta untuk mendatangi admin pusat.
"Adapun solusi yang kami berikan dan kami sudah berdiskusi bahwa sekolah akan membiayai untuk siswa eligible mengikuti bimbel GO (Ganesha Operation), yang akan dibiayai oleh sekolah, selama 3 bulan," kata dia.
"Solusi kedua, kami akan melakukan kunjungan ke admin pusat besok, Insya Allah.
"Intinya secara pribadi saya meminta maaf kepada para siswa, dan saya mengaku bersalah," katanya lagi.
Kronologi Gagalnya SMAN 1 Mempawah Input Data
Kepala SMAN 1 Mempawah Hilir, Kalimantan Barat, Endang Superi Wahyudi mengakui pihaknya terlambat menginput data PDSS untuk beberapa siswa.