TNI AL Sewa Buzzer Rp100 Miliar? Ini Penjelasan Lengkap Dari Kadispenal

fin.co.id - 14/01/2025, 09:36 WIB

TNI AL Sewa Buzzer Rp100 Miliar? Ini Penjelasan Lengkap Dari Kadispenal

Ilustrasi - Buzzer

fin.co.id - Isu TNI AL Sewa Buzzer Rp100 Miliar: Fakta atau Hoaks?

Isu bahwa TNI Angkatan Laut (AL) menggelontorkan dana sebesar Rp100 miliar untuk menyewa buzzer demi memperbaiki citranya di mata publik mencuat ke permukaan.

Berita ini memicu perdebatan di media sosial dan menjadi perhatian publik. Namun, Kadispenal TNI AL, Laksamana Pertama I Made Wira Hady Arsanta Wardhana, memberikan klarifikasi tegas mengenai isu tersebut.

“Tidak benar jika TNI AL mengalokasikan dana sebesar itu untuk buzzer,” ujar Made Wira pada Selasa, 14 Januari 2025.

Baca Juga

Menurutnya, dana tersebut digunakan untuk pengadaan aplikasi Information Respond System, yang bertujuan untuk mengoptimalkan perlindungan data sensitif dan mencegah penyalahgunaan informasi terkait TNI AL di media sosial.

Klarifikasi Terkait Pengadaan Sistem Informasi

Dalam keterangan yang disampaikan, Made Wira menjelaskan bahwa aplikasi ini bertujuan untuk memantau dan mengelola informasi yang beredar di media sosial tentang TNI AL.

Aplikasi tersebut akan memungkinkan Detasemen Penerangan TNI AL (Dispenal) untuk melakukan pemantauan secara lebih efektif terhadap sentimen publik, serta menangani berita atau komentar negatif yang mungkin muncul.

“Dengan keterbatasan personel yang ada, kami butuh sistem untuk meminimalkan penyebaran opini negatif dan menggiring opini publik ke arah yang lebih positif dan kondusif,” kata Made Wira.

Ia menegaskan bahwa salah satu metode yang digunakan dalam sistem ini adalah memanfaatkan Key Opinion Leader (KOL) di media sosial untuk memperkenalkan informasi yang lebih akurat mengenai kegiatan TNI AL.

Baca Juga

Apa Itu “Buzzer” dalam Konteks Ini?

Di tengah kontroversi, istilah buzzer pun menjadi perhatian. Menurut penjelasan resmi, buzzer yang dimaksud dalam konteks ini adalah pihak yang menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi secara berulang, sehingga dapat menarik perhatian audiens yang lebih luas.

Strategi ini, meski disebutkan dalam dokumen pengadaan, lebih berfokus pada penyebaran informasi positif dan counter opini terkait TNI AL.

Namun, penggunaan istilah buzzer menimbulkan spekulasi, karena sering kali dikaitkan dengan manipulasi opini publik untuk tujuan politik.

Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara penggunaan media sosial untuk menyebarkan informasi yang benar dengan praktik yang lebih kontroversial.

Kesalahan Informasi di Media Sosial

Made Wira juga menanggapi beredarnya foto tangkapan layar situs pengadaan yang menunjukkan rincian mengenai pengadaan aplikasi ini.

Sigit Nugroho
Penulis
-->