Terowongan Silaturahmi, Simbol toleransi Antara 2 Umat Beragama

fin.co.id - 25/12/2024, 16:45 WIB

Terowongan Silaturahmi, Simbol toleransi Antara 2 Umat Beragama

Terowongan Silaturahmi menjadi penghubung antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta.

fin.co.id - Terowongan Silaturahmi menjadi penghubung antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta. Ikon rumah ibadah dua agama tersebut kini bisa diakses dengan mudah dan bermakna.

Koordinator Pembangunan Karya Seni Terowongan Istiqlal-Katedral Her Pramtama menjelaskan, terowongan ini sejak awal dirancang untuk mobilitas dan aksesibilitas bagi kedua tempat ibadah. Terowongan ini selain bisa diakses dari area halaman Masjid Istiqlal juga bisa melalui basement 1 parkir.

"Konsepnya adalah gedung parkir ini bisa digunakan bersama antara Katedral dan Istiqlal," terang Her ketika ditemui di Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal Jakarta, Rabu 25 Desember 2024.

Dia menjelaskan, toleransi beragama terwujudkan, salah satunya dengan berbagi ruang parkir. Ketika Masjid Istiqlal menggelar agenda keagamaan, seperti Salat Idul Fitri, halaman Gereja Katedral digunakan sebagai lahan parkir jemaah.

Begitu pula sebaliknya, ketika Gereja Katedral Jakarta menggelar Misa Akbar pada perayaan Natal ini, lahan parkir Masjid Istiqlal bisa digunakan oleh jamaah. Dan ini dipermudah dengan terowongan tersebut.

"Kita ingin memberikan pesan kepada umat beragama bahwa Katedral dan Istiqlal ini berdampingan," katanya.

Meski begitu, kedua ya dapat berdampingan dengan rukun. Tak hanya itu, pesan yang ingin disampaikan kedua pihak lebih luas dengan hadirnya karya seni yang mempercantik terowongan.

"Makanya ada konsep tangan saling menyentuh menggambarkan sikap kerendahan hati yang lahir dari lubuk hati yang paling dalam," tuturnya.

Kedua tangan tersebut, satu sama lain saling merasakan adanya kebersamaan untuk menjalin silaturahim.

"Simbolnya diwujudkan berupa ekspresi positif tangan di kanan maupun tangan di kiri negatif. Jadi kalau yang di kanan tangannya nongol, kalau yang di kiri ke dalam. Ini mengingatkan kita dua unsur kehidupan hakiki saling berkelindan dan berhubungan," paparnya.

Kemudian, lantai yang diukir dengan motif garis melingkar dan memusat di tengah di tambah dengan penyinaran lampu yang terang sebagai simbol harapan atas pertemuan untuk mendapatkan pencerahan.

"Maknanya adalah lampu yang di atas itu sebagai sinar, lalu membias ke lantai, kemudian dari lantai itu seakan menyebar-sebar ke luar," paparnya.

"Suara bedug yang merupakan tradisi spiritual dari timur, diaransemen saling bersahutan dengan suara lonceng," katanya.

Lantas, suara dengung menjadi latar sebagai representasi semesta yang terus berubah di setiap ruang waktu, berbeda, bergerak dari waktu ke waktu, dan dinamis dalam keharmonisan yang utuh. "Secara fungsi kan untuk sarana, tapi kalau kita di MRT, di bawah tanah tanpa ada karya seni, ya kita lewat saja," cetusnya.

Sedangkan ditempatkannya karya-karya seni ini sebagai simbol mengirimkan pesan kepada semua pihak yang melewatinya. Bahwa, inilah keberagaman, simbol toleransi antara dua umat beragama.

Mihardi
Penulis