Cita-citanya menjadi kiper terbaik. Ia berhasil jadi kiper klub sepak bola divisi dua Argentina, tapi mentok di situ. Umur 18 tahun gantung sepatu.
Ia terpanggil menjadi capres karena sudah tidak tahan melihat kemerosotan ekonomi negara. Sudah 40 tahun Argentina ganti-ganti presiden tidak ada yang membawa perbaikan.
Ekonomi Argentina terus merosot. Rakyat yang miskin sudah mencapai 40 persen. Mereka tinggal di kampung-kampung kumuh. Tanpa jalan aspal. Tanpa listrik. Tanpa air bersih.
Kampung miskin seperti itu di sana disebut villas miseria.
Polisi pun tidak mampu menegakkan keamanan di perkampungan miskin itu. Yang subur adalah gangster-gangster. Preman.
Umumnya orang Argentina masih mengagungkan masa lalu: sebagai negara termakmur di dunia. Lebih kaya daripada Amerika Serikat saat itu.
Argentina pun menjadi tujuan imigran Eropa paling utama –mirip orang ingin jadi imigran ke Amerika Serikat saat ini.
Baca Juga
Sampailah Argentina di dasar jurang. Dinyatakan negara bangkrut sampai tiga kali –sejak 2003.
Utangnya USD 400 miliar. Inflasinya hampir menyentuh 300 persen –bandingkan dengan Indonesia yang di bawah dua persen.
Maka muncullah calon presiden gila. Javier Milei. Aliran ekonominya liberal. Pasar bebas.
Agamanya Katolik tapi menganggap Paus sebagai setan yang dikirim Tuhan ke dunia. Belakangan ia membaca Taurat tiap hari –ingin pindah ke agama Yahudi.
Javier mengagungkan Donald Trump. Ia datang ke Mar-a-Lago saat Trump menang Pilpres Amerika 2024. Mottonya sama: MAGA –Makes Argentina Great Again.
Saat kampanye Javier sering membawa mesin gergaji –chainsaw. Ia peragakan chainsaw itu menggergaji baliho bergambar banyak menteri.