Andra Soni bukan dari keluarga kaya. Bahkan bisa disebut miskin. Miskin banget. Hidup berpindah-pindah. Pernah jadi kuli bangunan hingga kurir paket. Tempaan hidup yang keras membuatnya bangkit.
------------------------------------------
Dilihat dari perjalanan hidupnya, dulu Andra Soni memang bukan siapa-siapa. Untuk bertahan hidup, orangtuanya harus merantau ke Malaysia. Bapaknya TKI Ilegal yang bekerja sebagai buruh tani di kebun sawit.
Saat sekolah, Andra Soni harus dibiayai sang kakak hingga orangtua angkatnya. Agar bisa kuliah, dia harus bekerja sebagai kuli bangunan dan tukang antar paket. Uangnya disimpan untuk biaya kuliah.
Andra Soni merupakan anak dari petani di Payakumbuh, Sumatera Barat pada 48 tahun silam. Kondisi ekonomi yang serba terbatas memaksa orang tuanya alih profesi menjadi kuli bangunan di Pekanbaru, Riau. Kala itu, Andra Soni berusia balita.
Saat bapaknya menjadi buruh tani kebun sawit di Malaysia, politisi yang lahir pada 12 Agustus 1976 itu mendapat kesempatan sekolah dari Pemerintah Malaysia. Meski berstatus anak TKI ilegal. Andra kemudian masuk ke sekolah setara Sekolah Dasar (SD).
Namun tak semulus yang dibayangkan. Usai menyelesaikan pendidikan setara SD, Andra tak bisa melanjutkan pendidikan setara Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Malaysia. Penyebabnya: Dokumen tidak lengkap.
Andra pun kembali ke Indonesia. Dia tinggal tinggal di Ciledug, Kota Tangerang. Semasa SMP, Andra mengalami kesulitan ekonomi untuk berangkat sekolah.
Baca Juga
Kendala ongkos pulang-pergi sekolah dan uang jajan seadanya membuat Andra Soni kerap menumpang bermalam di rumah teman sekolahnya.
Anak kelima dari enam bersaudara ini beruntung.
Karena pemilik rumah tersebut ternyata Raden Muhidin Wiranata Kusuma, putra dari Raden Aria Adipati Wiranata Kusuma, Mendagri RI pertama. "Itu bapak angkat saya. Beliau yang membantu saya melanjutkan sekolah sampai lulus SMA," ujar Andra Soni.
Lagi-lagi uang menjadi kendala buat Andra. Usai lulus SMA, Andra tidak punya biaya untuk kuliah. Namun, dia tetap ingin jadi mahasiswa. Akhirnya Andra memilih bekerja sambil menyisihkan pendapatannya untuk biaya kuliah.
Meski uang kuliah dibayarn dengan cara menyicil, Andra Soni berhasil menjadi mahasiswa STIE Bakti Pembangunan program Diploma III. Masalah kembali datang. Perusahaan tempatnya bekerja terdampak krisis moneter tahun 1997-1998.
Andra berpikir keras untuk tetap bisa menghasilkan uang. Dia pun bekerja sebagai pengantar surat. "Di situ saya bekerja lagi. Saya bisa dapat uang lagi. Tapi saya pindah kelas malam," imbuhnya.
Menjadi seorang kurir ternyata menyita waktu Andra hingga kuliahnya terdampak. Namun, Andra tak punya pilihan lain. Dia terus bekerja di perusahaan tersebut. Hingga karirnya meningkat sampai menduduki posisi manajer.
Andra lalu menggunakan pengalaman kerjanya untuk nekat membangun perusahaan sendiri di bidang ekspedisi. Akhirnya seiring usahanya berkembang hingga memiliki cabang di sejumlah negara, Andra memutuskan terjun ke dunia politik pada Pemilu 2014.
Andra Soni menjajal peruntungan sebagai calon anggota legislatif dari Partai Gerindra. Dia berhasil lolos dengan perolehan suara yang menurutnya cukup memuaskan.