fin.co.id - Konflik Israel-Palestina memasuki babak kelam baru pada Sabtu, 23 November 2024, ketika sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, mengumumkan kematian seorang sandera wanita asal Israel di Gaza utara.
Kematian wanita tersebut disebabkan oleh serangan udara Israel yang menargetkan daerah tempat dia dan sandera lainnya ditahan.
Pengumuman ini dibuat oleh juru bicara Hamas, Abu Obaida, melalui Telegram, yang mengungkapkan bahwa sandera tersebut meninggal setelah serangkaian serangan mematikan oleh pasukan Israel.
Peristiwa tragis ini memicu kemarahan di kedua belah pihak dan menimbulkan pertanyaan yang lebih serius mengenai perilaku dalam perang ini.
Menurut Abu Obaida, kematian sandera tersebut adalah akibat langsung dari agresi Israel yang terus berlangsung, yang menurut Hamas telah membahayakan nyawa banyak sandera.
"Para penjahat, Netanyahu, pemerintahannya, dan pemimpin militer mereka—sepenuhnya bertanggung jawab atas nyawa para sandera mereka," kata Abu Obaida, mengutuk tindakan kepemimpinan Israel.
Hamas juga menekankan situasi berbahaya bagi sandera wanita lainnya, yang kini berada dalam ancaman serius setelah serangan tersebut.
Baca Juga
Bersamaan dengan pengumuman tersebut, Hamas membagikan foto sandera yang tewas, yang semakin memicu ketegangan di kawasan tersebut.
Perang Kejahatan: Dampak Kemanusiaan dari Konflik yang Berkelanjutan
Insiden tragis ini hanyalah salah satu dari banyak kejahatan yang terjadi di Gaza sejak dimulainya perang pada Oktober 2023.
Setelah serangan mematikan oleh Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.200 orang dan menyebabkan penculikan sekitar 250 warga Israel, tindakan pembalasan Israel sangat menghancurkan.
Berdasarkan laporan, Israel kini telah membunuh lebih dari 44.000 warga Palestina di Gaza, dengan banyak warga sipil yang terjebak dalam pertempuran sengit akibat serangan udara yang tiada henti.
Korban jiwa semakin bertambah dengan penahanan massal yang dilakukan Israel, dengan lebih dari 9.500 warga Palestina kini ditahan di penjara-penjara Israel.
Sementara itu, diyakini bahwa setidaknya 101 sandera Israel masih berada di Gaza, nasib mereka tidak pasti di tengah kekacauan konflik ini.
Dalam komunikasi mereka, Hamas menuduh Israel melakukan pemboman sembarangan, mengklaim bahwa banyak sandera yang tewas akibat serangan udara yang tidak tepat sasaran.
Pemboman ini meninggalkan keluarga-keluarga yang hancur dan memicu kecaman keras terhadap taktik militer Israel, yang menurut para kritikus menyebabkan kematian baik bagi warga Palestina maupun sandera.