Transaksi Ojol di Indonesia Naik Sampai Rp 142,7 Triliun, Apa Penyebabnya?

fin.co.id - 15/11/2024, 15:08 WIB

Transaksi Ojol di Indonesia Naik Sampai Rp 142,7 Triliun, Apa Penyebabnya?

Ilustrasi - Pengemudi Ojol

fin.co.id - Industri ojek online (ojol) di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, dengan total Gross Merchandise Value (GMV) diperkirakan mencapai sekitar US$9 miliar atau setara dengan Rp 142,7 triliun pada tahun 2024.

Hal ini berdasarkan laporan terbaru dari Google yang diterbitkan dalam studi e-Conomy SEA 2024. Meskipun terdapat lonjakan angka transaksi, banyak faktor yang mempengaruhi kenaikan ini, baik dari sisi permintaan, penyesuaian tarif, hingga tantangan yang masih dihadapi oleh para pengemudi atau driver ojol.

Faktor Penyebab Kenaikan Transaksi Ojol

Menurut Aadarsh Baijal, Partner Bain & Company, kenaikan transaksi ini dapat dikaitkan dengan beberapa faktor utama. Salah satunya adalah penyesuaian tarif layanan yang telah terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

Aadarsh menjelaskan bahwa meskipun harga layanan taksi dan ojol naik sedikit, hal ini tidak terlalu mengganggu daya tarik konsumen.

Sebab, meski ada peningkatan harga, persaingan antar platform ojol tetap ketat, yang pada gilirannya menciptakan keseimbangan yang menguntungkan bagi konsumen.

Aplikasi ojol juga dilaporkan mulai dapat memulihkan biaya yang sebelumnya mereka keluarkan untuk memberikan diskon kepada pelanggan.

Seiring dengan pemulihan ini, harga layanan pun mulai kembali ke level yang lebih berkelanjutan, yang mendukung kestabilan ekonomi bagi perusahaan penyedia layanan.

Selain itu, Aadarsh juga menyoroti bahwa sektor transportasi online, yang sempat terhambat akibat pandemi COVID-19, kini mulai menunjukkan pemulihan. Pertumbuhan jumlah pengemudi, yang seiring dengan peningkatan permintaan, juga turut menjadi faktor pendorong.

Dengan lebih banyak pengemudi yang kembali bergabung dalam platform ojol, hal ini mempermudah konsumen untuk mendapatkan layanan yang cepat dan efisien.

Tantangan di Balik Kenaikan Layanan

Namun, meskipun terjadi peningkatan transaksi yang signifikan, banyak pengemudi ojol yang masih menghadapi tantangan besar dalam menjalani profesinya.

Salah satu driver ojol, Eko, yang ditemui oleh tim Disway di Jakarta, mengungkapkan bahwa banyak pengemudi yang tidak merasa sejahtera meskipun ada lonjakan permintaan dan kenaikan tarif.

"Kadang tarif bonus dipotong, atau ada driver yang kena suspend. Kami juga harus bersaing antar aplikasi, belum lagi aturan atau kebijakan yang bisa berubah-ubah," kata Eko.

Ia mengungkapkan bahwa banyak driver ojol yang tidak menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan utama, karena penghasilan yang tidak stabil. "Saat ini bisa naik, besok bisa turun. Jadi banyak yang memilih pekerjaan lain sebagai sumber pendapatan utama," tambahnya.

Eko juga menekankan bahwa meskipun ada perubahan tarif dan peningkatan jumlah pengemudi, tidak semua driver mendapatkan keuntungan dari perkembangan ini.

Bahkan, beberapa pengemudi merasa kebijakan platform terkadang lebih menguntungkan perusahaan daripada pengemudi, yang mengharuskan mereka untuk tetap bersaing ketat dengan pengemudi lainnya.

Sigit Nugroho
Penulis