Selain itu, kerjasama dengan negara-negara BRICS juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memperluas hubungan perdagangan dan investasi. Dengan meningkatnya hubungan ekonomi dengan negara-negara anggota BRICS, Indonesia dapat mengakses pasar yang lebih besar dan lebih beragam, yang dapat mengurangi ketergantungan pada pasar Barat yang sering kali terpengaruh oleh kebijakan politik dan ekonomi AS.
Namun, Achmad juga mengingatkan bahwa menggantungkan seluruh pembiayaan pada BRICS bukanlah solusi tunggal. Meski demikian, langkah ini bisa menjadi bagian dari strategi diversifikasi yang penting guna menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global.
Memastikan Ketahanan Fiskal Indonesia
Dengan latar belakang ketidakpastian yang semakin besar akibat kemenangan Trump dan dinamika ekonomi global yang volatile, langkah-langkah strategis dalam diversifikasi sumber pembiayaan menjadi semakin penting bagi Indonesia.
Memanfaatkan fasilitas keuangan dari BRICS, menurut Achmad, bisa menjadi langkah yang sangat strategis, mengingat semakin sulitnya memprediksi kebijakan AS yang akan datang, serta kecenderungan pasar global yang penuh dengan ketegangan dan risiko.
Baca Juga
- IATPI dan Politeknik PU Tandatangani Perjanjian Kerjasama untuk Pengembangan SDM dan Kelembagaan
- Awal 2025, Pekerja Masih Dihantui Gelombang PHK
"Bukan berarti Indonesia harus sepenuhnya meninggalkan pasar modal Barat, tetapi menggunakan BRICS sebagai alternatif bisa memberi fleksibilitas yang lebih besar dalam menghadapi dinamika pasar yang tidak menentu," ujar Achmad menutup penjelasannya.
Dengan demikian, meskipun tantangan ekonomi akibat kebijakan Trump bisa membebani Indonesia, ada peluang untuk menciptakan ketahanan fiskal jangka panjang dengan memperkuat kerjasama dengan negara-negara BRICS.
Ini menjadi langkah strategis untuk menjaga kestabilan ekonomi Indonesia di tengah perubahan besar dalam perekonomian global. (DSW/BIA)